Selasa 12 Jan 2016 14:00 WIB

Polda Metro Menunggu Hasil Forensik Mirna

Red:

JAKARTA -- Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya menghadirkan dua rekan Wayan Mirna Salimin (27 tahun), yaitu Siska dan Hani saat prarekonstruksi di kafe Oliver Grand Indonesia (GI), Senin (11/1). Siska dan Hani datang menggunakan baju berwarna pink dan putih. Sedangkan, almarhum Mirna diperagakan pelayan perempuan dari kafe Oliver yang mengikat rambut panjangnya model ekor kuda.

Dalam prarekonstruksi tersebut, Mirna duduk diapit kedua temannya. Di hadapan mereka ada tiga minuman yang dipesan dan sudah tidak ada lagi paper bag yang semula ada di sana.

Kemudian, diperlihatkan adegan Mirna yang mengambil es kopi Vietnam, lalu menyeruputnya. "It's awful it's so bad (rasanya tidak terlalu enak)," ujar perempuan berbaju pink mencontohkan ucapan Mirna sebelum kejang.

Kemudian, perempuan berbaju pink tersebut segera mengambil gelas dari tangan Mirna dan mencium aromanya. Setelah itu, diperlihatkan adegan ketika Mirna mulai merasa mual usai minum kopi. Tubuh Mirna kejang dan langsung mengeluarkan busa dari mulutnya.

Wanita berbaju pink seketika meraih tisu dan mengelap busa yang keluar dari mulut Mirna. Tiga pelayan laki-laki segera datang. Seorang petugas yang menggunakan jas hitam langsung memegang pergelangan tangan Mirna untuk merasakan denyut nadinya.

Setelah itu, petugas lain menarik meja dan petugas satunya yang memegang tangan Mirna melepaskan jas beralih ke sisi korban untuk mengelap mulut Mirna yang terus saja mengeluarkan busa.

Sedangkan, temannya yang memakai baju pink segera mengambil ponsel dan menghubungi suami Mirna dan kedua orang tua Mirna. Petugas yang lain segera mencarikan kursi roda.

Setelah kursi roda datang, tiga pelayan itu membopong Mirna ke kursi roda. Selanjutnya, Mirna dan kedua temannya menuju klinik GI.

Setelah prarekonstruksi tersebut, petugas meninggalkan tempat tanpa memberikan keterangan apa pun. Sedangkan, TKP sendiri kembali diberikan garis kuning, kemudian di tutup kain hitam.

Di sela prarekonstruksi, petugas juga memeriksa bangku dan meja sebenarnya di mana Mirna meninggal. Pantauan Republika, aparat mengambil sampel sidik jari pada bangku busa berwarna hijau di kafe Oliver. Kemudian, mereka memasukkan sampel tersebut pada sebuah plastik klip bening.

Selain itu, polisi yang menggunakan sarung tangan juga memeriksa sela-sela sofa, lalu memasukkannya ke dalam plastik klip juga.

Kabid Dokkes Polda Metro Jaya Kombes Musyafak mengatakan, petugas sudah melakukan autopsi dan hasilnya diberikan ke laboratarium forensik Mabes Polri. Autopsi dilakukan setelah penyidik mendapatkan izin dari pihak keluarga.

"Ada pendarahan di lambung dan kita ambil lambung bersama dengan sampel hati dan empedu," ujar Musyafak.

Musyafak mengatakan, pembakaran lambung (korosif) yang dialami Mirna membuat iritasi dan pendarahan. Namun, untuk zat yang menyebabkan korosif bisa bermacam-macam. Untuk membuktikan zat apa yang dapat merusak, ia meminta publik menunggu hasil tes di laboratarium.

Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, penyidik telah memeriksa salah satu saksi berinisial J pada Ahad (10/1) malam WIB. "Beliau kooperatif datang dan ada di lokasi (prarekontruksi)," ujar Krishna pada Senin (11/1).

Namun, ia belum bisa menyampaikan hasil pemeriksaan itu lantaran menunggu hasil tes zat yang terkandung dalam lambung Mirna di Laboratorium Forensik Mabes Polri.

Untuk mengungkap kasus itu, kata dia, polisi juga sudah memeriksa sejumlah CCTV yang merekam kejadian Mirna tumbang. Meski prarekontruksi sudah dilakukan, pihaknya belum dapat mengungkapkan penemuan terbaru lantaran tetap menunggu hasil forensik. n c30/c21 ed: erik purnama putra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement