Kamis 07 Jan 2016 13:00 WIB

Diplomasi yang Mendinginkan

Red:

Eksekusi ulama Syiah terkemuka di Arab Saudi Syekh Nimr al-Nimr terus menghadirkan kerisauan dunia. Setelah eskekusi berjalan, hubungan Arab Saudi dan Iran dalam titik rawan. Keduanya memutuskan hubungan diplomasi dan perang pernyataan. Memanasnya hubungan ini tentu mengundang kerisauan mengingat Iran maupun Arab Saudi memiliki pengaruh yang besar di dunia.

Arab Saudi merupakan negara besar yang banyak sekali memberikan dukungan pada dunia Islam. Pemerintah Arab Saudi banyak menyalurkan bantuan untuk program pemberdayaan di berbagai negara. Iran juga memiliki pengaruh yang tidak bisa diremehkan. Program diplomasi Iran memberi banyak warna di percaturan dunia.

Yang jadi merisaukan adalah latar belakang keduanya memiliki perbedaan begitu tajam. Arab Saudi merupakan negara yang sangat kuat mendukung Muslim beraliran Suni. Sedangkan, Iran merupakan spronsor utama Syiah. Di banyak tempat, gesekan Suni-Syiah telah memasuki tingkat membahayakan. Sebagian di antaranya sudah masuk pada perang fisik yang menelan banyak korban.

Tak terkecuali, gesekan di antara keduanya juga terjadi di Indonesia. Perseteruan Iran dan Arab Saudi ini juga dikhawatirkan bisa merembet pada konflik fisik di negeri ini. Tentu, kita semua berharap supaya hal ini tidak terjadi. Nama Islam akan sangat tercoreng kalau konflik fisik di antara keduanya meletus dan memakan korban.

Khawatir dengan dampak berat yang bakal ditimbulkan, banyak pihak menyerukan supaya ketegangan Arab Saudi dengan Iran ini segera diredakan. Kita sangat menginginkan supaya seruan tersebut tidak hanya berhenti di tingkat pernyataan, tapi mewujud pada tingkat tindakan yang bisa merukunkan keduanya.

Pernyataan yang menyeru keduanya berdamai itu, antara lain, datang dari Pemerintah Turki, Aljazair, Prancis, Rusia, juga Amerika Serikat. Banyak tokoh di Indonesia juga memberikan pernyataan yang intinya menyeru kedua pihak berdamai. Hal ini menjadi modal penting untuk mulai merintis perundingan di antara keduanya.

Rusia telah menawarkan diri untuk menjadi mediator di antara keduanya. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga memiliki posisi yang sangat strategis untuk mendinginkan suasana di antara keduanya. Indonesia sebenarnya juga bisa mengambil peran yang besar. Langkah diplomasi yang diambil Indonesia bermanfaat untuk meredam konflik di antara keduanya dan sekaligus menghilangkan rembetan dampaknya ke dalam negeri.

Saat ini, hubungan Indonesia dengan Arab Saudi dalam kondisi yang sangat baik. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Arab Saudi pada musim haji yang baru lalu disambut hangat oleh Pemerintah Arab Saudi. Hubungan Indonesia dengan Iran juga begitu. Kondisi ini bisa menjadi modal penting bagi Indonesia untuk mengambil peran diplomasi yang mendinginkan perseturan Iran dan Arab Saudi.

Secara internal, Pemerintah Indonesia juga perlu mengantisipasi kemungkinan adanya rembetan dampak dari ketegangan tersebut. Secara persuasif, semua tokoh harus diajak untuk sama-sama menjaga suasana yang damai di negeri ini. Peran para tokoh Islam menjadi titik penting dalam meredam dampak perseteruan Iran-Arab Saudi.

Kemelut Suni-Syiah yang berkepanjangan di Indonesia memang tidak mudah untuk mendapatkan titik temu. Malah, bisa dikatakan perbedaan keduanya hampir tidak mungkin untuk disatukan. Tugas kita semua adalah menahan supaya perbedaan tersebut tidak berbuah pertikaian fisik yang membawa korban. Selain untuk diplomasi ke luar negeri, komunikasi yang mendinginkan secara internal juga sangat diperlukan dalam konteks ini. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement