Kamis 31 Dec 2015 15:00 WIB

Iringi Tahun Baru dengan Zikir

Red:
Dzikir (ilustrasi).
Foto: Prayogi/Republika
Dzikir (ilustrasi).

JAKARTA -- Masyarakat diimbau meninggalkan aksi hura-hura dalam perayaan malam tahun baru. Lebih baik, kata Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, malam pergantian tahun dihiasi dengan zikir karena lebih memberi manfaat positif.

Dengan zikir, jelas Hidayat, masyarakat terhindar dari perilaku dan budaya yang jauh dari nilai agama dan sia-sia. ''Kalau hanya hura-hura, menyalakan petasan dan kembang api, apa hebatnya dan apa dampak positif untuk kehidupan bangsa dan negara?'' katanya, Rabu (30/12).

Menurut dia, zikir mengingatkan umat dan bangsa ini kepada hakikat manusia, waktu, dan perubahan. Dengan demikian, nantinya perubahan yang terjadi melalui pergantian tahun sarat nilai, bukan sekadar rutinitas.

''Dengan berzikir, manusia diingatkan bahwa dirinya bukanlah makhluk remeh-temeh, jadi tak berperilaku hura-hura, buang-buang waktu, dan kesempatan,'' kata Hidayat yang akan mengisi acara Dzikir Nasional yang digelar Republika di Masjid At-Tin, Jakarta, hari ini.

Harian Republika tak hanya menggelar Dzikir Nasional dan muhasabah di Jakarta, tetapi juga di Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai), Bandung, dan Masjid Syuhada, Yogyakarta. Acara dimulai serentak sejak pukul 12.00 WIB hingga 24.00 WIB.

Meski demikian, Hidayat menyatakan, sepatutnya zikir tidak hanya berlangsung saat malam pergantian tahun. Menurut dia, zikir haruslah berlangsung sepanjang waktu. Laku zikir akan selalu mengingatkan umat kepada Allah SWT. Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Dzikir Nasional bisa meningkatkan spiritualitas untuk mengimbangi keadaan sekarang, ketika masyarakat berada dalam kepungan sekularisasi dan liberalisasi.

 "Dengan memperluas spiritualitas, umat beragama akan kaya nilai-nilai ruhaniah dan juga proaktif dalam menjalani kehidupan dunia," kata Haedar. Individu Muslim yang baik, imbuh dia, adalah sosok saleh yang mau memengaruhi kehidupan agar sesuai nilai ketuhanan.

Haedar menganggap Dzikir Nasional menjelma sebagai kendali masyarakat dalam pergantian tahun sehingga masyarakat tidak masuk dalam perilaku hedonisme. ''Jadi tahun baru menjadi renungan bagaimana mengisi hidup agar bermakna.''

Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (Ihaqi), Erick Yusuf, mengatakan, Dzikir Nasional bisa menjadi alternatif kegiatan dalam merayakan malam tahun baru. Ia melihat, sebelum ada Dzikir Nasional, banyak yang mengisi malam tahun baru dengan hura-hura dan berlebihan.

Bahkan, pergantian tahun cenderung diwarnai dengan perbuatan maksiat seperti meminum minuman keras."Nah, sekarang masyarakat dikasih alternatif, mau pesta yang biasa, pesta mabuk-mabuk atau zikir ramai-ramai di masjid tuh," kata Erick.

Erick berharap, setiap orang tua mengedukasi anak-anaknya agar momen tahun diisi dengan kegiatan bermanfaat seperti zikir baik di rumah maupun secara bersama-sama di masjid. Bahkan, selain zikir, shalat Tahajud juga bisa dijadikan pilihan mengisi tahun baru.

Selain itu, ia mendorong semua orang menjadikan tahun baru sebagai kesempatan mengevaluasi diri selama satu tahun terakhir. Biasanya, resolusi tahun baru yang sering dibicarakan anak-anak muda adalah target nonreligi, sekarang mestinya masukkan target bersifat religi. Sekretaris Umum Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bachtiar Nasir sependapat. Menurut dia, pergantian tahun akan lebih baik jika dimaknai dengan introspeksi dan evaluasi terhadap masa yang dilalui selama satu tahun yang lalu.

Selanjutnya, momen ini dimanfaatkan untuk membuat rencana amal saleh yang akan dikerjakan di tahun mendatang, di antaranya memperbaiki ibadah wajib, menambah ketaatan, dan menumbuhkan rasa takut kepada Allah SWT dengan cara berzikir.

Amal saleh lainnya yang harus diprioritaskan pada tahun mendatang, menurut Bachtiar, adalah menjaga silaturahim. Di tengah zaman yang serbaindividualistis dan materialistis, orang sibuk dengan dunianya sendiri sehingga lupa dengan lingkungannya.

''Maka, lakukan kebaikan-kebaikan yang dapat dirasakan oleh orang tua, karib kerabat, dan orang-orang yang berjasa dalam hidup kita,'' Ustaz Bachtiar. Ia menambahkan, manajemen waktu juga perlu dilakukan agar tahun 2016 nanti tak terlewat tanpa makna.

Tak berlebihan

Di malam tahun baru, kata Pembina Masjid Jogokaryan, Yogyakarta, Muhammad Jazir, orang boleh bergembira tetapi jangan sampai melampaui batas. Apalagi, kini negara Indonesia sedang prihatin karena kondisi ekonomi yang memburuk.

Menurut Jazir, biasanya di saat masyarakat sedang  prihatin, sangat sensitif dan emosional. Karena itu, ia menyatakan, sebaiknya acara perayaan pergantian tahun tak menyulut kecemburuan sosial di tengah masyarakat.

Ketua MUI Daerah Istimewa Yogyakarta Muhammad Thoha Abdurahman meminta masyarakat DIY tidak usah berhura-hura dalam merayakan kedatangan tahun 2016. ''Lebih baik bersyukur kepada Tuhan.''

Secara terpisah, Kepala Biro Humas, Protokol, dan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Ruddy Gandakusumah menyatakan, dengan mengacu pada anjuran Presiden Joko Widodo, Pemprov Jawa Barat tak akan menggelar pesta kembang api. Pada umumnya, jelas dia, pesta kembang api memakan anggaran hingga ratusan juta rupiah.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela-sela pantauan Misa Natal 2015, Kamis (24/12) malam, sempat mendesak masyarakat untuk tidak menyalakan petasan. ''Enggak ada petasan. Itu dilarang Polda. Perayaan malam tahun baru harus selalu sederhana dan tak berlebihan," Aher sapaan akrab Ahmad Heryawan. n arie lukihardianti/neni ridarineni/retno wulandhari Ahmad Fikri Noor, Eko Supriyadi ed: ferry kisihandi arie/neni/retno/Fikri Noor, Eko Supriyadi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement