Tuesday, 7 Syawwal 1445 / 16 April 2024

Tuesday, 7 Syawwal 1445 / 16 April 2024

Pesan 4 Pilar MPR lewat Pertunjukan Didong

Ahad 13 Dec 2015 11:32 WIB

Red: Didi Purwadi

Pentas seni Didong di lapangan Pacu Karang Rejo Redelong, Kabupaten, Bener Meriah, Provinsi Aceh. (ilustrasi).

Pentas seni Didong di lapangan Pacu Karang Rejo Redelong, Kabupaten, Bener Meriah, Provinsi Aceh. (ilustrasi).

Foto: Antara/Rahmad

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pertunjukan didong berlangsung semalam suntuk, mempertandingkan dua grup (klop). Masing-masing grup terdiri dari pria dewasa berjumlah 10 sampai 20 orang. Masing-masing grup terdapat tiga pasang ceh atau penyair dan pendendang puisi. Para ceh ini memiliki suara merdu atau ling temas.

Pasangan ceh pertama disebut ceh utama, selanjutnya pasangan berikut disebut ceh due (ceh dua) dan ceh tige (ceh tiga). Masing-masing ceh berusaha menjatuhkan grup lawan dengan cara membuat puisi yang berisi sindiran, atau puisi yang menjawab teka teki, atau puisi yang telah diberi tema khusus.

Itu Sekejap mengenai Didong (Puisi yang dibawakan dengan cara mendendangkannya dalam suatu pertunjukan).

MPR RI bekerjasama dengan Budayawan dan Pengelola Museum Aceh menggelar sosialisasi 4 Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) melalui pertunjukan seni budaya didong dengan tema: ‘Suara Hati Relung Pedalaman’ di Museum Aceh yang sudah berusia 100 tahun, Kota Banda Aceh pada Jumat (11/12) malam.

Acara ini dihadiri oleh H. Muslim Ayub,SH.MM., (anggota Fraksi PAN MPR); Dra. Junaida Hasnawati Kepala Museum Aceh; Azhar Muntasir mewakili Kadis Budaya dan Parawisata Prov. Aceh; serta tokoh masyarakat, budayawan, mahasiswa dan ratusan pecinta seni budaya didong yang datang dari Banda Aceh dan daerah sekitarnya.

Muslim menyampaikan sosialisasi 4 Pilar MPR melalui seni budaya didong di museum Aceh ini adalah tepat. Dengan pertunjukan didong diharapkan sosialisasi 4 Pilar MPR yang ingin disampaikan dengan mudah dapat diterima dan bisa diserap oleh masyarakat.

Apalagi didong adalah kesenian rakyat dan sangat dekat dengan masyarakat. Kiranya kesenian ini terus lestari di tengah amukan modernisasi, dan mengusulkan untuk dilaksanakan tiga bulan sekali di Aceh bahkan berjanji akan memperjuangkan anggarannya pada tahun 2016 nanti. 

''Sosialisasi ini penting untuk mempersatukan kita semua sesuai dengan yang tercantum di dalam 4 Pilar MPR yaitu Bhinneka Tunggal Ika,'' ujarnya.

Wayangan Inhil

Metode Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara) lewat pergelaran seni budaya juga digelar di Riau.

Kali ini, Sabtu (12/12) malam pagelaran seni wayang kulit digelar di desa Bayas Jaya, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau.

Anggota MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Idris Laena, didaulat membuka acara secara resmi mewakili Pimpinan MPR RI. Dia mengatakan pagelaran wayang kulit adalah salah satu metode sosialisasi Empat pilar MPR RI dengan metode seni dan budaya dengan lakon Semar Mbangun Kahyangan.

 

Kisah Semar Mbangun Kahyangan adalah sebuah bentuk edukasi moral. "Kami MPR RI berharap agar masyarakat bisa mengambil hikmah dan pelajaran baik dan positif dari lakon yang dipentaskan," katanya.

Carik atau Sekretaris desa Bayas Jaya, Raman, mengaku awalnya sangat terkejut dengan rencana sebuah lembaga tinggi negara MPR RI akan melaksanakan sosialisasi empat pilarnya di desa kecil seperti Bayas Jaya.

''Ini baru kali pertama di desa kami diadakan pagelaran yang dilaksanakan lembaga tinggi negara, kami sangat terhormat, lembaga tinggi negara mau menyambangi desa terpencil di pelosok Riau ini,'' ujarnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler