Jumat 04 Dec 2015 13:00 WIB

Siti Sarah, Wanita yang Dilindungi Allah SWT

Red:

Salah satu ajaran Islam adalah menjaga diri, baik dari keburukan yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain. Perintah ini tampak sederhana, namun tak mudah dilakukan. Beruntunglah orang yang dijaga kehormatan dan harga dirinya oleh Allah SWT.

Salah satu teladan datang dari Sarah, istri Nabi Ibrahim AS, yang selamat dari godaan nafsu Firaun. Sarah dikenal sebagai wanita terbaik pada zamannya. Selain cantik, ia juga cerdas dan memesona. Nabi Ibrahim AS sangat mencintainya. Ia juga sangat mematuhi Sang Abul Anbiya.

Suatu ketika, karena dakwahnya tak diterima di negeri Babilonia, Nabi Ibrahim AS dan Sarah pindah menuju Syam. Saat itu Syam dilanda paceklik. Mereka pindah lagi menuju Mesir. Di tempat ini, kesetiaan Sarah diuji.

Pada suatu hari, seorang pejabat istana mendatangi Ibrahim dan Sarah. Melihat kecantikan parasnya, sang pejabat menyukainya. Ia segera menuju istana dan mengabarkannya pada Firaun. "Telah datang di negeri baginda seorang pria asing. Ia datang bersama wanita yang sangat menarik. Kecantikannya tak ada yang menandingi. Wanita seperti itu layak menjadi pendamping baginda," ujar dia.

Mendengar kabar tersebut, Firaun mengutus seseorang untuk mengundang Ibrahim AS ke istananya. Firaun I terkenal sangat zalim. Ia sangat menginginkan Sarah dan rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Jika mendapati perempuan itu telah bersuami, ia tak akan segan membunuh Ibrahim AS untuk merebut Sarah.

Dalam pertemuan itu, Firaun bertanya pada Ibrahim. "Siapa wanita itu? Ibrahim pun menjawab, "Ia adalah saudariku."

Mendengar jawaban tersebut, Firaun melepaskan Nabi Ibrahim AS dan meminta agar Sarah dibawa ke istana. "Dandanilah dia, kemudian kirim dia padaku agar aku dapat melihatnya," perintah dia.

Ibrahim AS pun pulang menemui istrinya. Ia berkata, "Sesungguhnya penguasa zalim, Firaun, telah bertanya kepadaku tentang dirimu. Lalu aku memberi tahu kepadanya bahwa kamu adalah saudara perempuanku."

"Jangan memberi tahu kebohonganku kepadanya karena sesungguhnya di dalam kitab Allah, kamu adalah saudara perempuanku (dalam Islam)," kata Ibrahim.

Sarah datang ke istana. Hatinya berkecamuk. Pelayan istana telah menyiapkan semua kebutuhannya sehingga pakaiannya begitu indah. Perasaan Sarah sangat sedih. Ia enggan berpisah dengan suaminya dan takut tersentuh oleh Firaun yang jahat.

Sarah kemudian mengadu kepada Allah SWT. Ia beribadah dan bersujud, kemudian mengadukan kesedihannya. Ia memohon perlindungan kepada Allah SWT. "Ya Allah, jikalah Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, mengetahui bahwa aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka janganlah kau jadikan raja kafir itu berkuasa atasku," kata Sarah sembari menangis.

Sarah kemudian bertemu dengan Firaun. Melihat kecantikannya, timbul nafsu dalam diri Firaun. Berkali-kali sang raja ingin menyentuh Sarah, namun tangannya terasa lumpuh. Firaun tak mampu bergerak. Tangannya terpaku di dada.

Ia kemudian berkata pada Sarah, "Aku berjanji tak akan mengganggumu. Mohonlah kepada Tuhanmu agar melepaskan tanganku. Sungguh, aku tidak akan menyakitimu." Sarah kembali berdoa, "Ya Allah, jika benar yang ia katakan, lepaskanlah tangannya."

Allah SWT mengabulkan doanya. Tangan sang raja pun terlepas dan ia sembuh dari kekakuan tubuhnya. Namun, ia mengingkari janjinya. Ia kembali mendekati Sarah setelah tangannya dapat kembali bergerak. Kejadian yang sama pun terulang hingga tiga kali.

Firaun akhirnya menyerah. Ia justru ketakutan dengan kemampuan Sarah membentengi diri. Ia menuduh Sarah adalah makhluk halus serupa setan yang melakukan tipu daya. Firaun segera memanggil pengawalnya dan berkata, "Kau bukanlah membawa seorang wanita, melainkan membawa setan."

Si pengawal diperintahkan membawa kembali Sarah ke rumahnya. Sebelum pulang, raja memberikan seorang budak kepada Sarah sebagai hadiah. Budak itu cantik seperti Sarah. Ia adalah Siti Hajar.

Saat tiba di rumah, Ibrahim bertanya kepada Sarah, "Apa yang terjadi?" Lalu, Sarah menjawab, "Allah telah menolak tipu daya raja kafir itu dan ia memberiku seorang pelayan wanita." Oleh Sri Handayani ed: Hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement