Selasa 01 Dec 2015 13:33 WIB

Kebutuhan Pendidikan SD dan SMP di NTB Mendesak

Rep: C27/ Red: Winda Destiana Putri
Farouk MUhammad
Foto: DPD
Farouk MUhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Farouk Muhammad kebutuhan akan ketersediaan lembaga pendidikan dasar dan menengah sangat mendesak.

Melihat dari angka partisipasi kasar tahun 2013 jumlah anak usia wajib sekolah (06-18 tahun) yang di Nuda Tenggara Barat (NTB) mencapai sekitar 1 juta lebih.

Data tersebut menunjukkan bahwa NTB saat ini membutuhkan kurang lebih 400 sekolah (Dasar dan Menengah) yang didasarkan pada rasio 30 orang per kelas. Saat ini, di NTB tercatat jumlah siswa sekolah dasar dan menengah mencapai  457 ribu orang yang 62 persen di antaranya menuntut ilmu di sekolah-sekolah swasta berbasis agama (Islam).

"Kami sadari bahwa proses pengelolan pendidikan tidak sepenuhnya hanya bisa bertumpu kepada pemerintah, namun juga perlu peran serta swasta," kata Farouk dialog "Mencari Solusi Atas Permasalahan Pendidikan Swasta Di NTB, Problematika Penyelenggaraan Pendidikan Berbasis Agama" di Mataram, Senin (30/11).

Namun, ia menjelaskan, pendidikan swasta memiliki beberapa kendala seperti sumber dana pembiayaan pendidikan yang masih sangat terbatas, kualitas pendidikan seperti fasilitas tenaga pendidik, sarana, bahan ajar, dan manajemen sekolah masih sangat rendah.

"Tanpa kontribusi mereka, tentu kondisi akses pendidikan bagi semua warga masyarakat tidak akan bisa optimal seperti sekarang ini," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang juga mengisi dialog berasama wakil ketua DPD RI.

Menag menekankan, perhatian terhadap mutu penting, karena kondisi masa depan bangsa  sangat tergantung dan dipengaruhi oleh mutu layanan pendidikan yang diterima generasi mudanya. Jika  sekarang mereka  memperoleh layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu, maka mereka akan menjadi “generasi emas bangsa”  yang mempunyai kompetensi yang berdaya saing.

"Saya ingin mengajak semua pihak terutama para penyelenggara pendidikan madrasah bahwa saatnya kita tidak hanya bicara akses pendidikan, tetapi juga harus bicara mutu pendidikan. Saatnya kita concern terhadap akses pendidikan yang bermutu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement