Selasa 03 Nov 2015 20:27 WIB

50 Relawan Guru untuk Pendidikan Pekanbaru

Rep: wendi r/ Red: Damanhuri Zuhri
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru, Riau, Ahad (11/10).
Foto: Antara
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru, Riau, Ahad (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Tidak pernah ada kata terlambat untuk membantu sesama. Apalagi di bidang pendidikan. Khususnya pendidikan kepada murid-murid terdampak kabut asap.

Di Riau, khususnya di daerah Pekanbaru, hampir tiga bulan kabut asap pekat menyelimuti daerah tersebut. Kesehatan anak-anak menjadi fokus utama pemerintah daerah. Salah satunya dengan meliburkan siswa-siswa saat kondisi udara di Pekanbaru berbahaya.

Pemerintah daerah seakan tidak mau mengambil resiko dengan mengorbankan kesehatan anak-anak. Alhasil, jam efektif belajar harus dibuang sia-sia.

Saat ini, kualitas udara di Pekanbaru mulai membaik. Proses belajar mengajar kembali berjalan normal. Fokus utama tenaga pengajar yaitu mengejar materi pelajaran agar siswa siap mengahapi ujian akhir semester pada Desember mendatang.

Namun, banyak hal yang dapat diperbuat untuk membantu siswa-siswa dalam mengejar ketertinggalan pelajaran. Salah satunya sebuah kegiatan yang digagas oleh Kapolres Pekanbaru Kombes Pol Aries Syarif Hidayat.

Dengan mengusung tema Gerakan Peduli Pendidikan Pekanbaru, ia menggandeng Edulab, sebuah lembaga konseling pendidikan dengan mengerahkan 50 relawan guru untuk membantu siswa SMA dalam mengejar ketertinggalan materi pelajaran.

Salah satu guru relawan, Aditya Anugerah Marusaha Sitorus mengaku prihatin dengan pendidikan di Pekanbaru yang terpaksa diliburkan akibat kabut asap.

Alumni dari Universitas Airlangga itu menganggap, dengan vakumnya proses belajar mengajar dalam waktu lama, dapat merugikan kecerdasan otak si anak.

"Kecerdasan otak anak kan juga tidak terasah ya," kata pria yang mengambil jurusan Biologi itu saat berada di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (3/11).

Dikataknnya, ia membawa misi agar semangat siswa-siswa SMA kembali menggelora. Ia ingin mengajarkan kepada siswa-siswa bagaimana belajar yang menyenangkan.

"Sehingga diharapkan siswa lebih fresh lagi otaknya. Sehingga bisa menangkap materi yang tertinggal itu, sehingga siap tempuh UN," tutur pria yang baru tamat pada September 2015 lalu.

Fokus yang akan diajarkan adalah pelajaran untuk UN. Aditya mengatakan, menjadi relawan merupakan pengalaman pertama baginya. Ini merupakan aksi nyata di dunia pendidikan. "Ini yang unik, karena pendidikan masih jarang," ujarnya.

Sementara itu, salah satu relawan lainnya, asal Semarang, Sri Lestari mengaku, ia menjadi bagian dari tenaga pengajar ini karena panggilan hati. Kemauan untuk membantu sesama.

"Targetnya sampai ujian semester, mengejar ketertinggalan materi, memberi motivasi agar mau sekolah lagi," kata alumi Universitas Negeri Semarang jurusan Pendidikan Geografi itu. Sementara itu, ​salah satu pengajar Edulab Pekanbaru sekaligus Koordinator Gerakan Peduli Pendidikan Pekanbaru,

​​

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement