Selasa 27 Oct 2015 01:19 WIB
Kabut Asap

Mahasiswa Indonesia di Oxford Ikut Pikirkan Cara Cegah Bencana Asap

Peserta aksi dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menggelar aksi simpatik darurat asap di Silang Monas, Jakarta, Senin (26/10).  (Republika/Wihdan)
Peserta aksi dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) menggelar aksi simpatik darurat asap di Silang Monas, Jakarta, Senin (26/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Asap yang melanda sebagian daerah di Tanah Air menjadi perhatian dan pembahasan mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Inggris dalam forum diskusi yang bertema "Smart Green Development of Indonesia" yang diadakan di University of Oxford, akhir pekan lalu.

“Berangkat dari kesadaran akan pentingnya hal tersebut, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Oxford mengadakan Oxford-Indonesia Forum (OXID) 2015, “ terang Ketua PPI Oxford Rahmat Mulyawan, Senin (27/10).

Forum berskala internasional mempertemukan kalangan akademisi dan praktisi dari Indonesia dan Oxford membahas mengenai pembangunan yang ramah lingkungan.

Acara yang dihadiri 100 peserta dari berbagai kota di Britania Raya juga disiarkan via live streaming bekerjasama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) sehingga dapat menjangkau peserta dari Indonesia maupun di seluruh dunia.

Salah seorang Keynote Speaker dari Indonesia, Direktur Indonesia Investment Promotion Centre London Nurul Ichwan menekankan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan, diperlukan perubahan mindset masyarakat Indonesia untuk mencintai lingkungannya serta perkembangan teknologi yang memadai.

Terkait dengan hal itu, Farid Subkhan, CEO dari CitiAsia menjelaskan pentingnya konsep pembangunan daerah yang berbasis teknologi (smart city) dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Kalangan akademisi dari University of Oxford, seperti Dr Tim Coles OBE, Dr Paul Jepson, Dr Mari Mulyani, dan Dr Thomas Thornton ikut memberikan presentasi tentang pengalaman dalam melakukan riset di Indonesia.

Mereka menyatakan isu korupsi juga merupakan hal penting yang harus disingkirkan agar konservasi lingkungan dapat dilaksanakan.

Salah satu panelis dari Indonesia, Staf Ahli Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti menjelaskan kebijakan yang disiapkan Kementrian LHK untuk menghadapi tantangan perubahan iklim di masa depan.

Ia menekankan betapa pentingnya peran pemuda Indonesia dalam pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, terutama dari sisi pembuatan regulasi yang sifatnya jangka panjang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement