Selasa 20 Oct 2015 06:03 WIB

Pemarah Berisiko Alami Kematian Dini

Rep: RR Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
Kemarahan yang meningkat secara konstan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dari waktu ke waktu, kemudian menekan jantung.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Kemarahan yang meningkat secara konstan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dari waktu ke waktu, kemudian menekan jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, Anda merasa marah dengan orang yang memotong antrian, atau merasa geram dengan kemacetan lalu lintas? Maka itu mungkin bisa menyebabkan kematian lebih dini, setidaknya jika Anda seorang pria.

Penelitian dari Universitas Iowa State yang diterbitkan pekan ini mengumpulkan data dari 1.307 pria selama hampir 40 tahun. Mereka yang paling pemarah 25 persen memiliki 1,57 kali risiko meninggal lebih cepat dibandingkan dengan orang-orang dalam lebih sedikit marah.

Tingkat kemarahan awalnya diukur setiap tahun antara 1968-1972 dengan pertanyaan sederhana, "Apakah Anda mudah marah?"

Seberapa sering para peserta berkata ya berkorelasi dengan peningkatan risiko kematian lebih awal. Keterkaitan ini tetap terjadi bahkan setelah semua faktor kematian dini seperti status perkawinan dan merokok. Usia rata-rata responden laki-laki yang diteliti pada awal riset ini hanya di bawah 30 tahun, tetapi efek kemarahannya terlihat pada peningkatan risiko kematian hingga 35 tahun kemudian.

Penelitian ini juga menggali sifat kepribadian lainnya yang diduga mempengaruhi kematian lebih dini. Namun, bahkan orang yang dipelajari dalam penelitian ini memiliki karakteristik protective, jika cepat marah masih mengalami peningkatan risiko kematian.

"Ini bukan hanya tentang marah yang terjadi sesekali selama lima tahun. Orang-orang ini mungkin secara konsisten marah,’’ ujar penulis utama Amelia Karraker seperti dikutip dari laman Guardian, Selasa (20/10).

Dia menambahkan, Pertanyaan tersebut mungkin tidak hanya ingin mengetahui kemarahan sementara tetapi kecenderungan untuk marah.

"Ini tidak sulit untuk membayangkan bagaimana kemarahan yang meningkat secara konstan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dari waktu ke waktu, kemudian menekan jantung. Sebuah studi dari  3.873 pria dan wanita, laki-laki mengalami kemarahan dan permusuhan berisiko mengalami peningkatan irama jantung yang tidak teratur,’’ ujarnya.

Beberapa studi lainnya menunjukkan menekan kemarahan dapat meningkatkan tekanan darah dan penyakit jantung, terutama ketika orang merasa mereka telah diperlakukan tidak adil. Jadi, apakah sehat mengekspresikan kemarahan yang benar? Mungkin, jika sesekali dan diakhiri lebih cepat. Karraker mengatakan bahwa penelitian mereka tidak mencakup nuansa kemarahan. Tetapi marah cenderung menyebabkan keadaan lebih berbahaya dibandingkan baik. Selain itu, cepat emosi bisa melukai mereka yang berselisih dengan Anda.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement