REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN - Madu membutuhkan proses pengeringan yang memakan waktu. Penurunan kadar air dalam madu biasanya memerlukan waktu lima sampai tujuh hari. Proses tersebut akan mempengaruhi kapasitas produksi madu yang dihasilkan oleh pabrik dan usaha kecil menengah.
Namun kini pengeringan madu tidak lagi memakan banyak waktu. Karena saat ini mahasiswa UGM telah mengembangkan alat pengering kadar air madu bernama Honey Bee Dryer (HBD). “Alat ini dirancang untuk dapat mengeringkan kadar air dalam madu yang awalnya 22 persen menjadi 18 persen, sesuai persyaratan dari WHO dalam satu hari,” kata Ika Novita Solikhah, anggota pengembang HBD, Kamis (1/10).
Bersama keempat rekannya yaitu Mita Kusumaningrum, Melati Ratnasari, Endah Rosyidiah, dan Sakti Prakarsa Dewa, Ika merancang HBD yang terdiri dari dua sistem utama. Pertama, sistem alat pertama yang berfungsi mengondisikan udara ruangan agar menjadi kering. Sistim alat kedua berungsi untuk menurunkan kadar air dalam madu.
Setelah itu udara dikeluarkan melalui tumpukan silica gel. Sehingga air yang terkandung dalam udara dapat diserap oleh silica gel dan menjadi kering. Udara kering ini selanjutnya dialirkan pada sistem alat kedua melalui pipa tertutup. Sementara pada sistim alat kedua madu dituangkan kedalam nampan berukuran 46 kali 34 cm kubik setebal satu cm. Sistem ini dilengkapi 12 nampan yang diletakkan kedalam enam tray. Di mana setiap tray dapat memuat dua nampan.
Hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan, alat tersebut dapat mempersingkat waktu pengeringan yang semula membutuhkan waktu tujuh hari menjadi satu hari. Dengan demikian penggunaan alat ini mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 39 persen. Selain itu HBD juga mampu menghemat energi sebesar 66,57 persen. Di mana pengeringan tanpa HBD memerlukan 17,95 KWH per hari, sementara dengan HBD hanya butuh 6 KWH per hari.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
