Senin 21 Sep 2015 09:42 WIB

Wisudawan Ubaya Disambut Para Hantu Hallowen

Rep: Andi Nurroni/ Red: Angga Indrawan
Universitas Surabaya
Universitas Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Cara unik merayakan wisuda dilakukan para mahasiswa Fakultas Industri Kreatif (FIK) Universitas Surabaya (Ubaya). Demi melepas para senior mereka yang menempuh wisuda, para mahasiswa berdandan menjadi karakter hantu, mulai dari hantu impor, seperti Bloody Mary dan Zombie hingga suster ngesot.  

Mereka memadati lapangan parkir Perpustakaan Ubaya kampus Tenggilis, tepatnya di depan tenda wisuda, Sabtu (19/9). Teriknya matahari tak menyurutkan semangat 97 mahasiswa memeriahkan prosesi wisuda para kakak tingkat mereka.

Para mahasiswa FIK yang identik dengan aksi kreatifnya itu menjemput wisudawan fakultas mereka dari tenda wisuda untuk melakukan prosesi lepas pandang. Menurut panitia, tema Hallowen sendiri diambil karena wisuda kali ini dilakukan mendekati Oktober. 

Salah satu mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk angkatan 2011 bernama Willians Raino, mengaku melakukan hal ini sebagai sebuah tradisi dan bentuk apresiasi bagi mahasiswa fakultas mereka yang baru saja lulus. “Kami berharap bisa menambah semangat wisudawan dan mengingatkan bahwa dulu mereka pernah melakukan hal serupa,” kata dia.  

Mahasiswa baru angkatan 2015 bernama Peggy Elysia yang turut berdandan menjadi tokoh seram, mengaku tertarik memeriahkan acara tersebut karena tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Peggy yang berdandan dengan kostum Chucky mengaku sempat ragu untuk datang karena bingung kostum apa yang harus dikenakan. Akhirnya, dengan berbekal informasi yang didapat dari kanal video Youtube, ia membeli riasan dan belajar merias wajahnya. 

Dengan wajah bahagia selepas diwisuda, Rido Satrya Wijayadigiring menuju tempat lepas pandang dengan beberapa hantu cantik. Pemandangan unik tersebut sempat menjadi tontonan oleh beberapa wisudawan dari fakultas lainnya. 

Sebagai salah satu bagian dari FIK, Rido merasa bahwa mahasiswa angkatan 2015 semakin kreatif dan totalitas dalam melakukan hal ini, berbeda dengan jamannya yang masih alakadarnya. “Saya berharap kalau bisa tradisi ini dilanjutkan,” ungkap Rido seraya tersenyum. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement