Ahad 20 Sep 2015 00:48 WIB

Intelektual Bukanlah Ulama (2)

Lembaga pengkaderan ulama, Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yogyakarta mewisuda Angkatan V dan melantik santri baru Angkatan
Foto: Dok LPI Yogyakarta
Lembaga pengkaderan ulama, Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yogyakarta mewisuda Angkatan V dan melantik santri baru Angkatan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kedua, Syamsuddin Arif, menambahkan,  intelektual tersebut adalah  mereka yang selalu berseberangan dengan penguasa, senantiasa kritis dan memberontak terhadap segala bentuk kemapanan atau status quo.

 

“Ketiga, jika mereka adalah orang-orang yang ‘berumah di atas angin’, tidak membumi (déracinés), tak punya kuasa dan hanya pandai bicara, maka intelektual bukanlah ulama,”  kata Syamsuddin.

Intelektual boleh jadi ateis, komunis, hedonis, liberalis, sekularis, dan pluralis. “Para ulama sejati tidak akan durhaka kepada Allah, tidak mungkin mengikuti ideologi ideology yang keliru dan menyesatkan,” tegas Syamsuddin.

 

Namun, kata Syamsuddin, andaikata ada orang-orang yang disebut ulama, dianggap ulama, ataupun merasa dirinya ulama, menunjukkan ciriciri yang aneh, maka itulah yang diistilahkan oleh Imam al-Ghazali sebagai ulama su’ - atau ulama yang kualitasnya rendah, buruk, dan rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement