Kamis 27 Aug 2015 17:19 WIB

Tes Darah Bisa Meramal Kambuhnya Kanker Payudara

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Djibril Muhammad
Kanker payudara
Foto: Eric Ireng/Antara
Kanker payudara

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti mengembangkan tes darah yang dapat mendeteksi pasien kanker payudara mana yang bisa 'kambuh' setelah dioperasi. Terobosan ini dapat meminimalisasi kemoterapi yang tidak dibutuhkan.

Tes darah telah diuji pada 55 wanita dan menunjukan hasil yang sangat menjanjikan. Para pakar mengatakan tes darah tersebut adalah sebuah peluang baru untuk mengesampingkan terapi tidak perlu.

Tes darah bekerja dengan mendeteksi DNA kanker dalam aliran darah. Residu sel kanker dalam jumlah kecil di dalam tubuh seseorang pasca-operasi kanker payudara dinilai tidak perlu melakukan terapi.

Menurut percobaan, perempuan yang dinyatakan positif DNA sel kanker dalam aliran darah memiliki kemungkinan 12 kali kambuh. Kembalinya sel kanker bisa dideteksi dalam rata-rata delapan bulan sebelum tanda kambuh mulai terlihat.

Penelitian ini dilakukan Institute for Cancer Research (ICR) dan Royal Marsden NHS Foundation Trust. Meski menunjukan hasil menjanjikan, masih butuh beberapa tahun percobaan hingga tes bisa dilakukan di rumah sakit.

Jika terkonfirmasi efektif, maka ini akan membawa manfaat bagi ribuan wanita. Saat ini, mayoritas wanita yang telah menjalani operasi pengangkatan kanker payudara harus menjalani treatment lanjutan yang seringkali membawa efek samping.

Perawatan lanjutan seperti kemoterapi ini bermaksud menurunkan potensi kambuh. Namun tes darah ini dinilai dapat mendeteksi apakah seorang wanita memiliki risiko tinggi atau tidak untuk kambuh. Sehingga kemoterapi tidak harus selalu dilakukan.

"Kami mencari tahu hal ini sejak lama, jika dilanjutkan maka ini akan menunjukan hasil menjanjikan," kata Profesor Mitch Dowsett, kepala Departemen Biokimia di ICR dan Royal Marsden, dikutip Independent. Studi tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Science Translational Medicine.

Tes juga dapat mendeteksi bagaimana kanker berevolusi dan mendeteksi mutasi yang memicu kambuh. Informasi yang diperoleh dari tes akan memberi dokter pilihan untuk menerapkan treatment terbaik bagi masing-masing pasien.

sumber : Independent
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement