Ahad 07 Jun 2015 22:28 WIB

Menristek Dikti Usul Pemberian Insentif untuk Insinyur

 Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir
Foto: Antara/Wahyu Putro A/Rei
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengusulkan adanya pemberian insentif kepada para insinyur yang bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya.

"Kita sudah minta tim untuk diajukan kepada Menteri Keuangan untuk memberikan insentif kepada para insinyur agar mau bekerja di bidangnya," katanya dalam Seminar Nasional Membangun Indonesia yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa NU Institut Pertanian Bogor (KMNU IPB) di Kampus Darmaga, Bogor, Ahad (7/6).

Menteri mengatakan pemberian insentif ini bertujuan untuk mendorong agar para insinyur mau bekerja sesuai dengan bidangnya, agar dapat mengawal pembangunan yang sedang dijalankan oleh pemerintah.

Ia mengatakan, pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp5.500 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan ini membutuhkan tenaga insinyur yang banyak, baik di bidang baja, konstruksi bangunan, metalogi, dan lainnya.

"Ini penting sekali, jangan sampai kebutuhan insinyur di negara kita malah diisi oleh tenaga dari luar. Karena kita akan memberlakukan masyarakat ekonomi ASEAN," katanya.

Terkait berapa besaran insentif yang akan diberikan, menteri mengatakan hal itu tergantung kemampuan pemerintah. Seperti yang dialaminya saat bekerja sebagai konsultan, dimana ia mendapatkan insentif dari tugasnya lebih besar dari gaji yang diterimanya.

Ia mencontohkan gaji seorang pegawai negeri Rp 2,4 juta, maka insinyur yang bekerja sesuai bidangnya selain menerima gaji sama seperti pegawai lainnya juga mendapat tambahan insentif karena kesediaannya bekerja sesuai bidangnya.

Insentif ini diberikan untuk mendorong agar para insinyur atau lulusan lainnya untuk bekerja sesuai bidang ilmu masing-masing. Terutama insinyur karena saat ini pemerintah tengah meningkatkan infrastruktur yang membutuhkan banyak tenaga profesional.

"Ke depan Indonesia juga harus bisa membangun kebutuhan dunia. Misalnya saja baja, saat ini kebutuhannya 1,5 juta. Sedangkan kemampuan produksi hanya 800 ribu ton, ada kekurangan 700 ribu ton. Dan ini yang harus didorong," katanya.

Menteri juga mengatakan, jumlah insinyur di Indonesia jalur lebih rendah dibanding negara tetangga, seperti di Malaysia jumlah insinyur berbanding 3.337 per 10 juta penduduk, dan Singapur 800 ribu per 10 juta penduduk. "Berapa besaran insentifnya kita belum tahu, yang pasti pemerintah mendorong untuk pemberian insentif ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement