Jumat 08 May 2015 13:13 WIB

Hati-Hati, Lupus Sama Bahayanya dengan Kanker

Rep: c73/ Red: Dwi Murdaningsih
Menyongsong Lari Lupus Sedunia
Foto: Syamsi Dhuha Foundation
Menyongsong Lari Lupus Sedunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat harus mewaspadai gejala penyakit lupus. Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik pada RSCM Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, KHOM mengatakan gejala penyakit lupus bisa bermacam-macam, tergantung organ tubuh yang terkena.

Karenanya, seringkali gejala penyakit ini didiagnosa sebagai penyakit lain. Meski demikian, sebagian besar obat yang digunakan adalah sama. Misalnya, dengan methylprednisolone.

Jika tidak diketahui sejak dini, ujar dia, Lupus sama bahayanya dengan kanker, jantung maupun AIDS dan bisa mengancam jiwa. Karena itu, pentingnya memperhatikan gejala Lupus ketika dirasa ada salah satu tanda gejala Lupus.

Gejala awal Lupus di antaranya sakit pada sendi/tulang, demam berkepanjangan, kelelahan berkepanjangan, ruam kemerahan pada kulit, anemia, gangguan ginjal (kebocoran ginjal), sakit di dada jika menghirup nafas dalam-dalam, bercak merah pada wajah berbentuk seperti kupu-kupu, sensitif terhadap sinar matahari, rambut rontok, pucat, stroke, penurunan berat badan, sakit kepala, seriawan yang hilang timbul, kejang.

Ia menambahkan, diagnosa pada Lupus disesuaikan dengan kriteria Lupus 2012, yaitu minimal empat gejala dari gejala klinik dan imunologik. Obat yang dikonsumsi harus sesuai anjuran dokter. Penderita Lupus dapat melakukan remisi atau berhenti mengonsumsi obat. Penyakit ini, ujar dia, dapat hilang timbul seumur hidup. Karena itu,pengobatan bersifat jangka panjang dan semakin lama dosis obat semakin rendah.

“Salah satu tanda penyakit lupus adalah penyakit kronik yang hilang timbul. Jadi, jika tidak pernah muncul lagi dipertanyakan apa benar Lupus atau tidak?” ujar dokter Zubairi.

Jika anda mengalami beberapa gejala Lupus, ia menyarankan untuk memeriksakan diri ke pemerhati Lupus di antaranya dokter spesialis penyakit dalam, Hematologi, Rheumatology, Ginjal, Hypertensi, dan Alergi Imunology.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement