Rabu 08 Apr 2015 14:36 WIB

Indonesia Krisis Doktor

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) menerima gelar Doktor Honoris Causa (HC) atas kontribusinya untuk kepemimpinan dalam perdamaian dari Universitas Utara Malaysia (UUM) yang diberikan Yang Dipertuan Agong Abdul Halim Mu'adzam Shah (kanan) selaku Cons
Foto: FOTO ANTARA/Rumgapres-Abror/nz/ed/nz/12
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) menerima gelar Doktor Honoris Causa (HC) atas kontribusinya untuk kepemimpinan dalam perdamaian dari Universitas Utara Malaysia (UUM) yang diberikan Yang Dipertuan Agong Abdul Halim Mu'adzam Shah (kanan) selaku Cons

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengatakan, Indonesia sedang mengalami krisis atau kekurangan rasio doktor (jenjang S3) dibandingkan dengan negara tetangga di Asia.

"Di 2014, kami memberikan beasiswa kepada 3.025 orang. Ini juga tidak sampai 10 persen dari jumlah pendaftarnya," kata Direktur Utama LPDP Eko Prasetyo di Jakarta, Rabu (8/4).

Menurut data, dari setiap satu juta penduduk di Indonesia hanya terdapat sebanyak 143 doktor. Perbandingan tersebut sangat jauh dengan negara-negara tetangga yang berada di Asia.

Dengan Malaysia misalnya, rasionya adalah ada 509 doktor dari setiap satu juta penduduknya. Kemudian, di India, terdapat sebanyak 1.410 doktor dalam setiap satu juta penduduknya.

Bila dibandingkan dengan Jepang, di sana terdapat 6.438 doktor pada rasio satu juta penduduknya.

Selain dengan negara Asia, LPDP juga mencatat perbandingan dengan negara Amerika Serikat. Amerika mempunyai 9.850 doktor pada setiap satu juta penduduknya.

Apabila kondisinya tetap seperti ini, Indonesia setiap tahun hanya mengalami perkembangan doktor 15 persen. Untuk mencapai kenaikan doktor pada angka kelipatan 100 ribu, akan bisa dicapai pada 2022.

Sedangkan penambahan 150 ribu doktor dilihat melalui data statistik akan tercapai pada 2026.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement