Kamis 05 Mar 2015 19:16 WIB

Program Imunisasi Tunjukkan Hasil, Meski Belum Menyeluruh

Rep: MG ROL 32/ Red: Indira Rezkisari
Pemberian imunisasi ke anak.
Foto: Antara
Pemberian imunisasi ke anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit infeksi dapat mengancam jiwa, termasuk menyebabkan kecacatan. Sehingga diupayakan untuk dicegah dengan meningkatkan penyediaan air bersih, pemberian ASI, nutrisi seimbang, menghindari polusi, program keluarga berencana, dan imunisasi. Upaya tersebut harus diatur dengan baik, teratur, dan berkesinambungan.

Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, Sp.A(K) mengatakan, imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan dengan memberikan vaksin sehingga terjadi kekebalan terhadap infeksi yang berbahaya pada bayi dan anak. Imunisasi diberikan sejak lahir dengan tujuan mendapatkan kesehatan yang berkualitas di kemudian hari.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia, 1,5 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Hampir 17 persen kematian pada anak di bawah 5 tahun dapat dicegah dengan imunisasi. Sehingga imunisasi yang terus menerus dengan cakupan yang tinggi berguna untuk mencegah individu terhadap penyakit berbahaya dan mencegah penularan di masyarakat.

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah hepatitis B, Polio, difteris, pertuis (batuk rejan), tetanus, campak, Haemophillus influenza tipe B (Hib), dan lainnya. Angka kejadian hepatitis B di Indonesia mencapai lebih dari 8 persen dari 45 persen kejadian dunia. Penularannya bisa  melalui sang ibu yang positif terjangkit penyakit tersebut saat bayi dilahirkan.

Sementara infeksi tetanus di Indonesia mengalami penurunan dari 2013 terdapat 78 kasus menjadi 64 kasus pada 2014. Angka tersebut namun masih dinyatakan tinggi.

Sri menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Stastistik 2008, angka kematian bayi berusia di bawah satu tahun mencapai 400 kasus akibat infeksi Hib, sehingga pemerintah menetapkan imunisasi Hib perlu masuk dalam Program Imunisasi Nasional (PIN). Selain itu, Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) dalam infeksi difteri dan campak. Angka kasus infeksi difteri masih tinggi pada 2014 mencapai 394 dan infeksi campak mencapai 10.651 kasus pada 2014.

Statistik tersebut menyebabkan Indonesia memiliki AKB tertinggi di antara negara Asean. "Jadi apabila bayi dan anak yang berada di kawasan negara kita dapat imunisasi lengkap dan teratur, maka penularan penyakit tersebut tentunya tidak akan terjadi dan di masa mendatang semua anak Indonesia akan bebas dari penyakit infeksi yang berbahaya," ujarnya.

Ia menambahkan, sejauh ini Program Imunisasi Nasional yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan memberikan hasil yang baik dengan adanya penurunan jumlah kasus setelah beberapa puluh tahun. Tetap diperlukan kerjasama antara masyarakat, pemerintah, dan pelayanan kesehatan agar kasus kesehatan tersebut dapat turun secara signifikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement