Sabtu 14 Feb 2015 21:15 WIB

Selamat Jalan, Dean Smith

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Di dunia basket Amerika Serikat namanya sudah tak asing lagi. Pria ini tumbuh men jadi pelatih andal hingga akhirnya banyak yang menilai diri nya sebagai pelatih legendaris. Ya, Dean Smith namanya.

Tepat pada 7 Februari lalu, ia mengembuskan napas terakhirnya pada usia ke-83, di kediamannya di North Carolina. Memang dalam beberapa tahun terakhir, sejak 2010 lalu Smith sudah banyak mengalami masalah kesehatan, terutama ingatannya.

Selama 36 tahun ia menjadi pelatih basket di Universitas North Carolina. Selama itu pula ia melahirkan ba nyak bintang di NBA, termasuk Michael Jordan dan James Worthy. Para pemain yang berada di bawah asuhannya selalu tumbuh menjadi pebasket yang sulit ditandingi pada eranya.

Di bawah kepelatihannya, North Carolina telah menjuarai dua kali kejuaraan National Collegiate Athletic Association (NCAA). Gelar juara NCAA pertama yang direbut North Carolina bersama Smith terjadi pada 1982. Saat itu, skuat timnya dipenuhi calon-calon bintang, seperti Michael Jordan, James Worthy, dan Sam Perkins. Dalam kompetisi NCAA Tournament tahun itu, North Carolina meraih 32 kemenangan dan dua kekalahan.

Smith memperoleh gelar juara nasional keduanya pada 1993. Saat itu timnya diisi nama-nama, seperti George Lynch, Eric Montross, Brian Reese, Donald Williams, dan Derrick Phelps.

Tak hanya itu, Smith juga membawa North Carolina menyabet hingga 13 kali juara di turnamen Atlantic Coast Conference (ACC) dan 11 kali tampil di final four. Bahkan, selama 27 musim North Carolina selalu memenangkan lebih dari 20 pertandingan di tiap musimnya.

Pada awalnya, karier kepelatihan Smith di North Carolina tak berjalan mulus. Setelah pelatih sebelumnya, Frank McGuire, pergi untuk melatih klub di NBA, Smith pun dipilih untuk menjadi pelatih North Carolina berikutnya pada 1961. Pada musim pertama, tim asuhannya hanya berhasil mengantongi delapan kemenangan dan sembilan kekalahan. Namun, pada musim 1966-1967, North Carolina mulai menunjukkan penampilan terbaiknya. Smith membawa timnya mengantongi 26 kemenangan dan enam kekalahan.

Pria yang lahir di Kansas ini kemudian pensiun pada 1997 dengan catatan kepelatihan total 879 kemenangan dan 254 kekalahan. Catatan ter sebut telah melampaui rekor kepelatihan Adolph Rupp yang memenang kan 876 laga dalam turnamen NCAA. Pada 2007, Bob Knight kemudian melewati rekor yang sudah ditorehkan Smith. Rekor Knight lalu dilewati oleh rivalnya, Krzyzewski, yang mencetak lebih dari seribu kemenangan di Duke.

Selama hidupnya, Smith juga aktif di dunia politik. Ia pendukung Partai Demokrat dan menyumbangkan dana untuk kampanye Presiden Howard Dean dan Bill Bradley yang didukung juga oleh mantan senator North Carolina sekaligus alumnus North Carolina, John Edwards.

Presiden Obama pun memberikan belasungkawa kepada keluarga Smith. Obama mengatakan, Amerika tak hanya kehilangan pelatih legendaris, tetapi juga seorang pria dan warga negara. "Yang terpenting, pelatih Smith tidak hanya mengajarkan soal basket, tapi juga mendorong kemajuan warga sipil, memberikan beasiswa atlet pertama kepada orang kulit hitam di North Carolina. Saya sangat bangga dengannya," ujar Obama, seperti dilansir Washington Post, awal pekan ini.

Banyak yang merasa kehilangan Smith setelah kepergiannya, salah satunya pelatih Universitas Duke, Mike Krzyzewski. Menurut dia, Smith pelatih yang tak akan tergantikan. Ia seorang guru dan pencipta taktik yang luar biasa. Bahkan, di tengah kesibukannya melatih, Smith juga aktif dalam mengikuti isu-isu sosial terkini. "Kita telah kehilangan salah satu pilar olahraga basket," ujarnya, dilansir ESPN.

Saat melatih, Smith tak hanya mengajarkan soal basket, tapi juga memberikan sesuatu yang harus dilakukan untuk menjadi orang baik, seperti soal integritas, kehormatan, dan tujuan. Banyak pemain asuhannya yang mendapat manfaat besar dari sang guru besar. Hal itu pulalah yang membuat kepergian Smith meninggalkan bekas yang mendalam di hati mereka yang pernah dekat dengannya.

Pelatih North Carolina Roy Williams menjelaskan, Smith adalah gambaran sempurna tentang sosok pelatih perguruan tinggi yang semestinya. "Kami mencintainya dan kami akan merindukannya," ujar pria yang sudah selama 10 tahun menjadi asisten Smith ini.

Sementara bagi Jordan, Smith seperti ayah keduanya. Menurutnya, ada pengaruh positif yang diciptakan Smith kepada seluruh muridnya. Ia lebih dari sekadar seorang pelatih.

Selama dilatih Smith, Jordan sering mendapatkan pelajaran tentang hidup. "Dia mentor sekaligus guru saya. Pelatih yang selalu ada setiap kali saya membutuhkannya," ujar Jordan. c12, ed: Fernan Rahadi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement