Jumat 14 Nov 2014 17:50 WIB

Konsumsi Vitamin B12 Belum Terbukti Kurangi Risiko Gangguan Otak

Obat, vitamin dan suplemen (ilustrsi).
Foto: Republika/Prayogi
Obat, vitamin dan suplemen (ilustrsi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Jurnal American Academy of Neurology menunjukkan, konsumsi vitamin B12 dan suplemen asam folat tidak mampu mengurangi risiko gangguan otak dan pikiran.

Dalam studi itu, orang-orang dengan tingkat homosistein yang tinggi dalam darah dilibatkan. Tingginya kandungan homosistein--semacam asam amino yang diproduksi saat tubuh memproduksi protein--telah diketahui berhubungan dengan hilangnya memori dan penyakit Alzheimer.

"Sejak tingkat homosistein dapat diturunkan dengan asam folat dan suplemen vitamin B12, muncul harapan kalau vitamin-vitamin itu juga dapat menurunkan risiko hilangnya memori dan penyakit Alzheimer," ujar peneliti studi dari Wageningen University di Wageningen, Rosalie Dhonukshe-Rutten, PhD.

Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti melibatkan sekitar 2.919 orang yang berusia 74 tahun. Mereka diminta mengonsumsi 0,4 miligram asam folat dan 0,5 miligram vitamin B12 atau plasebo setiap dua hari selama dua tahun.

Selama penelitian, para partisipan ini menjalani tes memori dan berpikir. Mereka ini diketahui memiliki tingkat homosistein yang tinggi dalam darah.

"Sementara tingkat homosistein menurun pada kelompok yang mengonsumsi vitamin B12 dibandingkan kelompok yang mengonsumsi plasebo, sayangnya tak ada perbedaan antara dua kelompok ini dalam tes memori dan berpikir," kata Dhonukshe-Rutten.

Sejumlah studi observasional memperlihatkan, konsumsi asam folat dan vitamin B12 mungkin ada manfaatnya untuk kemampuan mengingat dan berpikir, namun hasilnya masih kurang meyakinkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement