Selasa 11 Nov 2014 11:00 WIB
inspirasi

Elvera Nuriawati Makki, Donasi Buku untuk Anak di Indonesia Timur

Red:

Berupaya menghargai dedikasi guru, Elvera Nuriawati Makki menggagas program Semangati Guru. Kampanye yang ia gulirkan berbasis pendanaan dari masyarakat untuk menyemangati guru agar aktivitas mengajar berjalan lebih efektif dan kreatif. Program ini berskala nasional dan mengajak seluruh lapisan masyarakat berpartisipasi.

Di tengah karut-marutnya dunia pendidikan di Tanah Air, masih banyak guru yang bertekad kuat mendidik anak muridnya sebaik mungkin. Masih banyak guru yang mengajar dalam keterbatasan. "Ada guru TK yang mengajar di garasi rumah, ada juga guru yang ingin mengajar angklung, tapi nggak punya alat musiknya," ujar founder Taman Baca Anak Lebah (TBAL) ini.

Hingga kini, sudah ada lima guru yang menerima manfaat program Semangati Guru yakni, satu guru di Bintaro (Banten), dua di Pulau Seram, satu di Pulau Saparua (Maluku), dan satu lagi di Pulau Lombok. Vera mengatakan, guru adalah orang yang mengayomi anak-anak ketika mereka berada di sekolah. Untuk itu, ia berharap, masyarakat ikut serta dalam kampanye ini sehingga guru terfasilitasi. Guru yang membutuhkan fasilitas pembelajaran dapat menghubungi Vera dan mengisi formulir. "Mudah-mudahan, kami bisa memenuhinya," kata perempuan kelahiran Jakarta, 26 Mei 1976, ini.

Menjalankan program Semangati Guru, Vera tidak menargetkan jumlah guru yang akan dibantu, tapi ia berharap setiap permohonan bantuan yang masuk bisa mendapatkan bantuan seperti yang diharapkan. Kiprah ibu tiga ini di bidang pendidikan bukan cuma itu. Sejak 2009, ia telah membentuk TBAL, yakni inisiatif nirlaba dan nonpolitis yang bertujuan membangun kecintaan anak usia satu hingga delapan tahun terhadap buku. TBAL fokus memberikan akses bacaan pada anak-anak di Indonesia timur.

Vera mengatakan, selama ini, Indonesia timur belum menjadi prioritas utama, baik oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta yang menyalurkan dana corporate social responsibilities. Mahalnya biaya pengiriman logistik ke wilayah ini menyebabkan berbagai pihak enggan melakukan pembangunan berkesinambungan. "Saya berpikir, guru di Jakarta dan sekitarnya sudah banyak yang membantu sedangkan Indonesia timur jarang sekali. Karena itu, saya tergugah masuk ke sana," kata Vera.

Pembentukan TBAL merupakan bentuk kepedulian dan ketertarikan Vera terhadap buku. Ia berpendapat, manfaat buku sangat luar biasa. "Minat baca buku merupakan investasi yang tidak ternilai dengan uang," ucap praktisi public relations ini.

Saat membentuk TBAL, Vera yakin, anak-anak yang diintervensi oleh buku sejak awal akan terus mencari ilmu dan wawasan secara independen tanpa diminta. Ia lantas membuka pojok baca pertamanya pada 2 November 2009. Kala itu, ia membawa sekitar 20 buku cerita ke Lombok dan menunjukkannya ke beberapa lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Vera juga menjelaskan, buku tersebut penting untuk anak. "Buku ini memang bukan buku pelajaran, ada nilai-nilai kebaikan di dalamnya."

Vera kemudian mengajak beberapa PAUD membuat pojok buku. Anak-anak di sana keheranan sekaligus senang melihatnya. Mereka heran karena ada orang Jakarta yang jauh-jauh datang dan berkomitmen membangun minat baca pada anak-anak setempat.

Awal November (2/11) lalu, Vera terlibat dalam Festival Dongeng Anak Indonesia 2014 yang diprakarsai komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Kegiatan ini adalah hal baru yang dilakukannya di Jakarta karena selama ini berfokus pada Indonesia Timur. Vera juga akrab dengan dunia dongeng. Kecintaannya pada buku membuatnya gemar bercerita untuk anak-anak TK di lingkungan sekolah anak-anaknya. "Semangat itu juga yang mendorong saya mendirikan TBAL," ucapnya.

Aktif di kegiatan sosial, Vera saat ini masih bekerja sebagai deputy director Corporate Communication & Public Affair di PT Mercedes-Benz Indonesia. Ia mengaku, tak kesulitan membagi waktu untuk segudang kegiatannya. "Tentukan saja prioritas yang harus diselesaikan terlebih dulu," tutur Vera. ed: reiny dwinanda

***

Kepedulian Masyarakat

Maraknya penggunaan media sosial memudahkan Vera mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Ia melihat, kepedulian masyarakat terhadap anak-anak di Indonesia timur cukup besar. Saat ia berkicau di Twitter mengenai donasi buku untuk anak Indonesia timur,  follower-nya banyak yang me-retweet. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka hanya sebatas retweet. "Orang yang me-retweet tidak yang menyumbang buku," ucapnya.

Sumbangan, lanjut Vera, sebetulnya bisa berbentuk buku, uang, ataupun kemampuan yang dimiliki. Buku-buku sumbangan masyarakat akan disortir terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada konten yang kurang baik untuk anak. "Kualitas bacaan tak boleh dinomorduakan saat berbagi," ujar Vera.

TBAL rutin mengirim buku dan majalah yang sesuai untuk bacaan anak ke daerah minus. Diharapkan, donasi buku tersebut dapat membantu terwujudnya perubahan ke arah lebih baik. Hingga kini, sudah ada sekitar 30 TBAL yang banyak tersebar di Indonesia timur. Melihat buku sampai ke tangan anak-anak dan melihat mata cilik itu berbinar merupakan pengalaman berharga untuk Vera. "Ngerjain aktivitas seperti ini bikin saya bahagia."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement