Ahad 12 Oct 2014 14:00 WIB

Jamaah Risti Meningkat, Pemerintah Saudi Prihatin

Red: operator

Adanya kesalahpahaman bahwa kematian di kedua kota suci akan mendapatkan jaminan masuk surga.

JEDDAH -- Kerajaan Arab Saudi prihatin atas meningkatnya jumlah jamaah haji lanjut usia (lansia) dengan penyakit kronis pada musim haji 2014. Wakil Menteri Kesehatan Arab Saudi Abdallah al-Asiri mengatakan, tingginya jumlah jamaah berkategori risiko tinggi (risti) itu berpotensi membahayakan kesehatan jamaah haji lainnya.

Selain itu, kata Abdallah, jamaah haji berkategori risti dengan penyakit kronis ini dapat menyebabkan fasilitas-fasilitas kesehatan di kedua kota suci, baik Makkah maupun Madinah, menjadi penuh. Tahun ini, jamaah haji Indonesia yang tergolong risti mencapai 60 persen dari 160 ribu jamaah.

"Ibadah haji itu hukumnya wajib bagi umat Islam yang mampu, baik secara fisik maupun finansial," ungkap Abdallah seperti dikutip dari Arab News, Jumat (10/10). Namun, kata dia, banyak jamaah yang mengabaikan ketentuan tersebut.

"Bahwa banyak umat Islam di berbagai belahan dunia yang percaya bahwa kematian selama berhaji atau kematian di kedua kota suci akan memberikan mereka tempat di surga," kata Abdallah.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Zaky Al Hamzah/Republika

Sehingga, papar Abdallah, banyak jamaah haji yang menyembunyikan masalah keseha tan nya saat tiba di Tanah Suci dan tetap bertekad untuk menjalankan ibadah haji. Hal ini, menurutnya, adalah kebohongan. Menurut dia, Islam tidak mengizinkan siapa pun yang dengan sengaja memosisikan dirinya dalam situasi berbahaya.

Menurut Abdallah, adanya kesalahpahaman bahwa kematian di kedua kota suci akan mendapatkan jaminan masuk surga merupakan salah satu sebab dari meningkatnya jumlah jamaah haji lansia berpenyakit kronis. Untuk itu, pihaknya mendesak para ulama di berbagai negara untuk menjelaskan ajaran Islam yang dengan jelas telah menentukan syarat kemampuan fisik bagi jamaah haji.

Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Abidinsyah Siregar juga mengaku khawatir dengan banyaknya jamaah haji Indonesia yang masuk kategori risti. "Catatan kami, jumlah jamaah haji yang risti mencapai 60 persen," katanya kepada Media Center Haji (MCH).

Ia mengatakan banyak jamaah haji terkena heat strokebahkan empat meninggal selama wukuf di Arafah, karena kepanasan dan kurang minum, sehingga pos kesehatan di Arafah kebanjiran jamaah yang sakit di akhir wukuf, Jumat (3/10) sore.

"Cuaca panas 43 derajat Celcius. Lima jam setelah wukuf ada 67 jamaah yang masuk ke pos kesehatan. Semua kekurangan cairan," kata Abidinsyah. Pada Sabtu (4/10) hingga pukul 19.13 WIB, atau satu hari setelah wukuf, jamaah haji Indonesia yang meninggal melonjak menjadi 96 orang dari sebelumnya Kamis (satu hari sebelum wukuf sebanyak 77 orang). Selama di Arafah dan Mina terdapat 19 jamaah yang meninggal.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes yang juga Kepala Bidang Kesehatan Haji Indonesia (BPHI) dr Fidiansjah menyebutkan, 10 hari pascapelaksanaan Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina) merupakan masa dilema atau kritis.

Dilema, karena pasca-Armina, sejumlah jamaah haji gelombang pertama terkadang masih menjalankan umrah sebelum pulang ke Tanah Air.

Begitu juga dengan jamaah haji gelombang kedua, terkadang memaksakan diri menjalankan shalat arbain (shalat 40 waktu) di Masjid Nabawi, meski kondisi fisik belum bugar setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji. "Itu masa dilema. Pembimbing haji jangan memaksakan jamaah haji untuk beribadah sunah, tapi mengaburkan yang wajib," kata dia.

Disebut masa kritis, kata dia, karena masa- masa itu, jumlah jamaah haji yang wafat terus bertambah, karena kelelahan setelah mengikuti rangkaian ibadah haji. Namun, dia mem prediksi, jumlah jamaah haji yang wafat tahun ini me nurun dibandingkan tahun lalu. Jumlah jamaah haji yang wafat pada musim haji 2013 (1434 H) yakni 281 orang atau menurun dibanding periode 2012 yang sebanyak 425 orang.

Sementara itu, jamaah haji asal Kabupaten Semarang bakal menjalani pemantauan kesehatan --setidaknya selama 21 hari-- begitu tiba dari Tanah Suci. Langkah ini dilakukan gu na mengantisipasi masuknya virus ebola serta MERS-Cov yang terbawa ke Tanah Air, melalui para jamaah haji. "Masa inkubasi virus ini selama 21 hari. Namun, kami akan lakukan pengawasan kesehatan kepada para jamaah haji hingga melebihi masa inkubasi ini," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Gunadi. rep:zaky alhamzah/bowo pribadi, ed:heri ruslan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement