Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB

Angka Kebutaan Jabar Masih Tinggi

Red:

BANDUNG –– Tingkat kebutaan di tengah masyarakat di Indonesia masih tergolong tinggi. Kurangnya kesadaran men jadi salah satu se bab ting ginya tingkat kebutaan tersebut. Direktur Utama Rumah Sakit Mata Cicendo Hikmat Wangsaatmaja dalam peringatan Hari Penglihatan Dunia di RS Mata Cicendo mengatakan, tingkat kebutaan di Indonesia sebesar 1,5 persen dari total penduduk Indonesia. Di Jawa Barat (Jabar), tingkat kebutaan sebesar 1,1 persen. Meskipun tingkat kebutaan di Jabar lebih rendah di bandingkan dengan nasional, persentase tersebut masih tergolong tinggi. Karena, tingkat kebutaan masih di atas satu persen.

Masalah kebutaan, menurut Hikmat, merupakan yang harus ditangani berbagai pihak. Jumlah kebutaan dapat diperkecil dengan melakukan deteksi dini. "Kebutaan yang bisa dicegah seharusnya tidak ada lagi, sehingga tingkat kebutaan dapat diperkecil," ujar Hikmat, Kamis (9/10).

Kebutaan merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka kemiskinan di suatu wilayah. Tingginya kebutaan di Indonesia disebabkan oleh rendahnya kepedulian masyarakat terhadap penglihatan. Menurut Hikmat, selama ini masyarakat lebih memperhatikan kesehatan yang bersinggungan langsung dengan kematian. Padahal, kesehatan mata juga tidak kalah pentingnya dengan kesehatan yang lain. "Mata sebagai fungsi akhirnya dilupakan dan baru disadari kalau sudah parah," ujar Hikmat.

Ia menyayangkan jika ada masyarakat yang terlambat me nyadari adanya gangguan penglihatan. Pasalnya, tahap pengobatan (kuratif) terhadap gangguan penglihatan yang akut akan lebih sulit di ban ding saat penanganan sejak dini. Pasien yang melakukan pengobatan setiap tahunnya mencapai 450 ribu. Jumlah ini, kata Hikmat, terus meningkat. "Di RS Cicendo melayani 15 ribu selama satu tahun," kata dia.

Selain kurangnya kesadaran, minimnya tenaga medis spesialis juga membuat tingkat kebutaan masih tinggi. Jumlah tenaga spesialis saat ini dinilai belum sebanding dengan jumlah penderita gangguan penglihatan itu sendiri. Saat ini, baru ada sekitar 1.400 dokter mata. Di Jabar, baru ada 145 orang dokter ahli mata. Jumlah rumah sakit khusus mata di Indonesia pun masih sedikit, yaitu hanya delapan rumah sakit.

Faktor biaya seharusnya jangan menjadi hambatan masyarakat untuk secara rutin memeriksakan kesehatan matanya sejak dini. Karena, pemerintah telah menyedia kan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, khususnya untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah. "Sudah ada BPJS, jangan sampai menghalangi untuk berobat, kita harus sa ma-sama membasmi pengentasan kemiskinan melalui pencegahan kebutaan," kata dia.

Melalui peringatan Hari Penglihatan Sedunia, Hikmat mengharapkan kesadaran masyarakat atas pencegahan dini kebutaan dapat ditingkatkan. Sebab, kebutaan dapat menimpa siapapun tanpa kecuali. "Hari ini kita berbicara pencegahan dan penyadaran kesemua masyarakat. Kalau kesadarannya tinggi, angka kebutaan pasti kecil." kata Hikmat. rep:c63, ed: friska yolandha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement