Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB

Menapaki Liku Jalan Hidayah

Red:

Betapa mahalnya harga sebuah hidayah. Nikmat hidayah, yakni hak prerogatif Allah yang diberikan langsung kepada hamba yang Dia kehendaki. Jika Allah SWT sudah memberikan hidayah kepada seorang hamba, tidak ada suatu makhluk pun yang mampu menyesatkannya.  

Nikmat hidayah itu yang kini sedang dirasakan penyanyi dan aktris Dewi Sandra. Dewi kini tampil dengan balutan busana syar’i. Tak pernah ada yang tahu kapan dan di mana seorang hamba akan mendapat petujuk dari Sang Khaliq. Begitu pun Dewi yang harus melalui jalan panjang untuk memantapkan diri berhijrah.

"Aku percaya setiap manusia itu makhluk spiritual. Setiap manusia memiliki proses dan membutuhkan waktu mencari jati dirinya melalui sisi spiritual," katanya dalam sambungan telepon kepada Republika, Rabu (8/10).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Edi Yusuf

Dewi bertutur, sedari kecil dan beranjak dewasa ia terus melakukan pencarian akan nilai Tuhan. Berangkat dari keluarga berbeda agama, Dewi sudah merasakan haus nilai-nilai spiritual. Meski sang mama mengajarkan shalat dan memanggil guru mengaji, Dewi masih mempertanyakan siapa Tuhan itu.

Baru pada usia 30 Dewi memantapkan hati untuk mengenakan jilbab. "Sebelumnya, aku mempelajari Islam lewat Alquran, hadis, buku-buku Islam, dan dari guru ngajiku, tapi semua butuh proses," ujarnya memaparkan.

Dewi baru benar-benar sepenuh hati melaksanakan kewajiban berjilbab setelah dua tahun penuh mempelajari Islam. Ia mengaku perjalanan hijrahnya tidak terlepas dari berbagai masalah hidup yang pernah menerpanya.

Dalam proses tersebut, Dewi sempat menunda keinginan berjilbab karena harus menyelesaikan kontrak kerja yang telanjur ditandatanganinya. Baru setelah kontrak tersebut selesai pada akhir 2012, Dewi yakin dengan pilihannya menutup aurat dengan sempurna.

Bagi pemeran Hana dalam sinetron "Catatan Hati Seorang Istri" ini, jilbab tidak hanya sekadar kewajiban. Jilbab merupakan satu kebutuhan sebagai bentuk penghambaan dirinya kepada Allah SWT.

"Jilbab hanya seutas kain yang menutup kepala, tapi hakikatnya aturan di balik itu, yakni sebagai seorang manusia kita berkomitmen mengikuti peraturan Allah SWT," katanya.

Menurut Dewi, memakai jilbab bukanlah tujuan akhir. Tetapi masih satu tahap awal untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

"Jangan mengotak-kotakkan bahwa seorang wanita yang berjilbab telah sempurna," ujar Dewi. Menurutnya, justru dengan berhijab, menjadi sebuah alarm dan pengingat segala perilaku dan akhlak harus disesuaikan dengan apa yang dipakai.

Setelah berjilbab, Dewi merasa masih perlu banyak belajar tentang Islam. Ia merasa banyak yang harus ia cari tahu dalam menjaga keistikamahannya berhijrah.

Dewi merasa bersyukur diberikan kesempatan Allah SWT untuk mengenal dan belajar Islam lebih dalam. "Alhamdulillah, saya mendapatkan setitik cahaya hidayah," katanya.

Dewi termasuk orang yang cukup keras terhadap masalah hubungannya dengan Allah SWT. Ketika ia sudah yakin dan berkomitmen untuk menjalani ibadahnya, tidak ada yang bisa menghalanginya.

Selama Dewi berhijrah, dukungan dari keluarga sangat positif. Suami pun tidak pernah memaksa untuk mengenakan jilbab. Pilihan itu datang dari hati dan sang suami selalu mendukung hal positif yang Dewi pilih.

Berhijrah tentu berpengaruh pula pada pekerjan Dewi di dunia seni peran dan musik. Saat ini, Dewi mengaku lebih memilih peran yang sesuai dengan hati dan keyakinannya.

"Kalau pekerjaan itu sesuai dengan hati dan akidah saya maka saya akan jalani, tetapi kalau tidak, lebih baik saya di rumah saja," ujarnya. Meski begitu, jilbab tidak menghalanginya untuk terus berkarya baik lewat seni peran maupun bernyanyi.

Dalam bermain peran pun dia memiliki batasan-batasan ketika memilih peran suami istri atau berhubungan dengan lawan jenis. Dewi memilih untuk beradegan yang tidak terlalu mesra. Rumah produksi pun memaklumi pilihan Dewi dan tidak memaksakan adegan yang romantis. "Dalam pekerjaan semua mendukung dan lancar saja hingga saat ini," katanya.

Dewi mengaku kesibukannya bermain sinetron cukup menyita waktunya untuk memperdalam ilmu lewat kajian dan taklim. Namun, ia menyiasati dengan menyempatkan membaca buku-buku Islam di sela-sela syuting.

Selain itu, artis dan presenter Peggy Melati Sukma tak hanya sekadar berhijrah. Kini ia menjadi inspirator Muslimah untuk bersama-sama menuju kebaikan. Peggy yang ditemui Republika beberapa waktu lalu bercerita bahwa dirinya mulai menjalani muhasabah setelah mendapat banyak cobaan 2011 silam.

Dari merenung, Peggy merasa tak ada yang lebih indah dibanding mendekat kepada Sang Pencipta. "Hidup adalah sebuah proses, saya yang dulu senang menggunakan rok mini, rambut seperti laki-laki, lalu pengalaman hidup mengajarkan dan membawa saya untuk menutup seluruh aurat saya," ujar Muslimah kelahiran Cirebon 13 Juni 1976 ini.

Lebih 20 tahun ia berkecimpung di dunia hiburan. Pada usia sangat belia, 16 tahun, ia sudah terjun menjadi selebritas. "Saya pernah menjadi penyanyi, main sinetron, presenter, bahkan menjadi pengusaha. Dan, kini saya sedang belajar mewakafkan hidup saya untuk Allah. Saya lagi banyak belajar untuk agama saya," ujar Peggy.

Di samping aktif sebagai pengisi berbagai seminar keislaman, ia tak ketinggalan menulis buku. Baginya, menulis buku merupakan salah satu caranya untuk berdakwah. Dakwah dalam pandangan Peggy merupakan suatu kewajiban setiap Muslim, bukan kewajiban para ulama saja. "Berdakwah itu bisa dengan apa pun dan buat saya berdakwah itu bukan profesi, tapi kewajiban setiap umat," katanya.

Bukunya yang telah lahir, seperti Kujemput Engkau Disepertiga Malam dan My life My Hijab banyak diburu di pasaran. Menurut Peggy, inspirasi dari bukunya merupakan perjalanan hijrahnya dari masa gelap hingga dibimbing Allah SWT ke jalan hidayah. Ia menyadari, perihnya kegelapan tak berlangsung selamanya.

Muslimah cantik yang akrab disama Egy ini mengaku telah merasakan hidup tenteram dan bahagia sebagai Muslimah. Apa pun masalah, selalu ia kembalikan kepada Allah. Ia bertawakal dan ikhlas dengan segala ketentuan Allah. Dengan kehidupan baru dan penampilan barunya, Peggy kini menjadi inspirator bagi Muslimah lainnya untuk kokoh mengenakan hijab. rep:ratna ajeng tejomukti/hannan putra ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement