Kamis 09 Oct 2014 12:15 WIB

Iwan Agustiawan Fuad, Haji Gratis tanpa Waiting List

Red: operator

Seorang lelaki berperawakan Timur Tengah mendadak datang dan menyuapi kurma ke mulut Iwan.

Belum diterapkannya dana talangan haji pada delapan tahun lalu menjadi keberkahan tersendiri untuk Iwan Agustiawan Fuad. Kebijakan tersebut membuat jamaah calon haji (calhaj) harus memiliki dana sekitar Rp 20 juta untuk mendapat kepastian waktu keberangkatan.

Kebijakan itu membuat daftar tunggu (waiting list) tidak mengular seperti yang terjadi pada musim haji akhir-akhir ini. Termasuk, Iwan yang saat ini menjabat sebagai direktur eksekutif Baitulmaal Muamalat (BMM).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Musiron/Republika

Selain berhaji tanpa waiting list, pendiri sekaligus salah satu pimpinan dari lembaga sosial milik Bank Muamalat ini juga dapat melaksanakan ibadah haji tanpa memerlukan biaya atau gratis. "Saat itu, saya dapat melaksanakan ibadah haji karena mendapat hadiah biaya haji dari Bank Muamalat," ucap Iwan saat ditemui pada seremoni penyembelihan hewan kurban Bank Muamalat di Bekasi pada Selasa (7/10).

Sebelum melaksanakan ibadah haji, Iwan mengaku telah berniat dan mengumpulkan dana untuk dapat melaksanakan ibadah haji bersama sang istri. Saat itu, sarjana Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia (ITI) dan alumnus Pendidikan Pascasarjana Ekonomi Syariah Universitas Indonesia (UI) itu sudah menargetkan untuk dapat berangkat ke Tanah Suci pada 2006.

Hanya, tabungan Iwan belum cukup untuk berangkat bersama istri. "Dana belum terkumpul sepenuhnya, namun saya sudah mendapat kepastian untuk dapat melaksanakan ibadah haji," ucapnya. Iwan mendapat hadiah dari Bank Muamalat berupa biaya ibadah haji. Setelah mendapat hadiah itu, tabungannya digunakan untuk biaya haji sang istri. Mereka pun bisa berangkat bersama.

Dia pun semakin yakin kebenaran kekuatan niat dalam perbuatan baik. "Jika sudah memiliki niat baik, Allah akan segera mengabulkanya dengan cara-cara yang menakjubkan. Saya telah mengalaminya sendiri," ucap Iwan yang sempat bekerja di sebuah konsultan properti.

Sesampainya di Tanah Suci, keinginan Iwan lainnya pun diijabah Allah SWT. Tuhan menjawab doanya hingga membuat Iwan tertegun. "Saat itu, saya sedang melakukan puasa sunah, ketika tiba saat untuk berbuka puasa, saya sempat tebersit keinginan untuk dapat berbuka puasa dengan buah kurma," ucap pria kelahiran Jakarta, 10 Agustus 1968, ini.

Tak disangka, ada sebuah kurma yang jatuh di hadapannya. Ia menoleh ke kanan-kiri mencoba mencari tahu milik siapakah kurma yang terjatuh itu. Merasa bukan miliknya, Iwan tak berani mengambil kurma tersebut.

Tiba-tiba, datang seseorang pria berperawakan khas Timur Tengah menghampirinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, tiba-tiba pria misterius itu mengambil kurma yang terjatuh, kemudian menyuapkannya langsung ke mulut Iwan.

Ayah seorang anak dan dua anak angkat korban tsunami Aceh tersebut masih mengingat kurma muda yang disuapkan kepadanya. Kurma itu terlihat masih segar dan dingin seakan baru saja keluar dari lemari es. Buah itu berembun dan sedikit dihiasi bunga es.

Saat memakan kurma itu, Iwan tak mampu mengucapkan kata-kata. "Dari mana kurma itu, milik siapa kurma itu, dan siapa pria yang menyuapkan kurma itu seakan-akan ia mengerti tentang keinginan apa yang baru saja saya pikirkan," ucap Iwan dengan nada penuh rasa penasaran.

Waktu demi waktu ia terus memikirkan hal sederhana dan unik itu karena ia yakin bahwa peristiwa itu pasti memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Belakangan, ia mulai menyadari bahwa peristiwa itu mungkin adalah sebuah bentuk komunikasi dari Allah kepada hambanya.

"Mungkin Allah sedang ingin meyakinkan hambanya bahwa jika kita memiliki niat yang baik, Allah pun akan segera mengabulkan niat baik itu dengan cara-cara yang tidak diduga-duga," ucap Iwan yang telah bergabung bersama Bank Muamalat sejak 1999.

ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement