Senin 29 Sep 2014 12:00 WIB

Perantau Minahasa dalam Musik Kolintang

Red:

JAKARTA -- Indonesia memiliki beragam alat musik tradisional yang jarang dinikmati karena tidak banyak orang yang bisa memainkannya. Oleh karena itu, sebuah pertunjukan seni yang memperlihatkan kepiawaiannya dalam memainkan alat musik kolintang dihelat di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Pertunjukan yang memadukan alat musik tradisional dengan sebuah pertunjukan drama musikal merupakan sebuah penampilan yang patut apresiasi. Selain turut memahami cara memainkan alat kolintang, penonton juga diajak untuk mengetahui  kehidupan Minahasa di masa lampau yang ingin maju dan berkembang. "Untuk itu, Galeri Indonesia Kaya menggandeng Sanggar Bapontar untuk menampilkan penampilan yang mengedukasi dan menghibur para penikmat seni," kata Program Director Galeri Indonesia Kaya Renitasari Adrian, akhir pekan lalu.

Pertunjukan bertajuk "The Sound Of Harmony" oleh Sanggar Bapontar ini  memadukan suara merdu kolintang, alat musik khas Sulawesi, dengan sebuah musikal. Musikal yang dibawakan kali ini menceritakan sebuah kisah para perantau dari Sulawesi, kisah Sanggar Bapontar dan cita-cita para perantau Minahasa dan seniman yang ingin berkembang bersama.

Adanya adegan musikal (diringi kolintang) menggambarkan bagimana para seniman menghasilkan karya seni tertinggi sehingga tercipta alat musik yang berasal dari kayu yang pada akhirnya bisa mendapat pengakuan dari dunia. Ada juga bumbu konflik antara Minahasa dengan Portugis, sehingga terbentuklah kesatria dari Minahasa yang merupakan pengembangan dari tari cakalele.

Kehidupan Minahasa yang cukup sulit di masa lampau memaksa penduduk Minahasa merantau hingga ke Jakarta. Diiringi lagu tradisional "Pele Jalanku" yang berkisah tentang seorang anak yang rindu kampung halaman.

Selain itu, sebanyak 45 orang dari Sanggar Bapontar turut pula memainkan dan membawakan lagu-lagu yang di antaranya berjudul "Indonesia Raya", "Kota Manado", dan "Winter Games". "Bangga rasanya kami dapat hadir serta mempersembahkan sebuah pertunjukkan yang memadukan kolintang dengan sebuah drama tentang kehidupan perantau Minahasa. Kami harap dengan pertunjukan ini dapat diapresiasi oleh para pengunjung Galeri Indonesia Kaya dan bisa melestarikan salah satu kesenian khas Sulawesi yang membutuhkan keterampilan dan konsentrasi tinggi untuk dibawakan," ujar Beiby Sumanti, pemilik dari Sanggar Bapontar.

Sanggar Bapontar merupakan sebuah sanggar yang bergerak untuk melestarikan budaya Sulawesi, seperti kolintang, dan terdapat di Jakarta. Sanggar ini telah banyak melakukan pertunjukan untuk acara-acara, baik acara kenegaraan maupun konser bersama.  n c85 ed: muhammad fakhruddin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement