Jumat 26 Sep 2014 16:39 WIB

Ryan Gozali, CEO LIMA: Bisnis Olahraga Bersama Generasi Muda

Red:

Potensi bisnis di bi dang olah raga mung kin belum terlalu populer di Indonesia. Namun, di tangan Ryan Gozali, olahraga menjadi la dang yang menjanji kan ma sa depan. Berangkat dari kegelisahannya atas prestasi olahraga di Indonesia, Ryan mendirikan Liga Mahasiswa (Lima).

Bagaimana Ryan mengembangkan bisnis ini, berikut paparannya kepada wartawan Republika.

Ryan yang bergelar master di bidang sport management dari University of San Fran cisco itu menjadi con toh peng usaha sukses di industri olahraga, khususnya di pasar segmen mahasiswa. Di bawah bendera Lima, lelaki 31 tahun itu menggelar kompetisi antarmahasiswa dengan cakupan nasional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:republika/prayogi

CEO LIMA Ryan Gozali, Per wakilan Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) Rikardo dan CEO Blibli.com Kusumo Martanto saat memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta.

Hingga saat ini sudah terdapat tujuh cabang olahraga yang dilombakan di Lima, yaitu basket, bulu tangkis, re nang, golf, futsal, cheerleader, dan sport dance. Lima digelar di tujuh kota besar, meliputi Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Padang. Tercatat ada 190 tim olahraga dari berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, yang unjuk gigi dalam gelaran Lima setiap tahunnya.

Lima juga mulai merintis beasiswa un tuk mahasiswa yang berprestasi di bidang olahraga. Meski baru ditujukan untuk beberapa universitas, langkah tersebut menjadi momentum Lima untuk semakin melebarkan sayapnya di industri olahraga. Ryan mengakui, Lima terinspirasi dari National Collegiate Athletic Asso ciation (NCAA) yang menjadi organisasi pengelola liga mahasiswa di AS dan Kanada. "Tapi tentu saja dilakukan beberapa penyesuai an agar sesuai dengan keadaan di Indone sia," terang Ryan kepada Republika, belum lama ini.

Lima resmi bergulir pada Mei 2012. Ryan tidak sendirian mendirikan Lima. Presiden Inter Milan Erick Thohir dan pebisnis dari Lippo Group John Riady pun turut membidani lahirnya Lima. "Me reka berdua berperan sebagai in vestor, sementara yang mengurus teknis dan lain-lain adalah saya," terang Ryan.

Berapa investasi yang dibutuhkan saat mendirikan Lima? Ryan hanya ter gelak tanpa menyebut angka. "Yang je las, cukup banyak karena harus mere krut banyak pekerja, termasuk peng adaan peralatan dan sewa lapangan," jelasnya.

Akan tetapi, nilai investasi yang di tanamkan untuk membangun Lima segera kembali pada tahun kedua. Ini karena banyaknya respons positif dari masyarakat dan kegigihan Ryan dalam mendekati sponsor. Berbagai perusahaan ternama, mulai dari air mineral, situs jual beli, hing ga raksasa komputer Microsoft berhasil ia gaet untuk men jadi sponsor dan official partner. Hak siar kompetisi Lima pun telah dibeli oleh salah satu media nasional. Lima berhasil menjadi local content olah raga terbesar kedua di Indonesia setelah ISL.

Uniknya, ada syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa yang ingin berlaga di Lima. Para mahasiswa diwajibkan melakukan kerja so sial minimal enam jam tiap semester. Sya rat ini bertujuan untuk mengajar kan mahasiswa men jadi manusia yang utuh. Artinya, tak seka dar prestasi yang ditonjolkan, tetapi juga memiliki kepe dulian terhadap sesama.

Menurut Ryan, industri olahraga Indo nesia lemah dalam pembinaan dan sudah terlalu banyak dipolitisasi. Per baikan olahraga seharusnya tak hanya dari sisi pembinaan, tetapi juga biro krasi dan organisasi. Ia mencontohkan, untuk meng adakan pertandingan persahabatan sepak bola dengan negara lain, Indonesia berani mengeluarkan dana hingga 50 juta dolar AS. Semen tara di sisi lain, banyak infrastruktur olahraga yang sudah tidak layak pakai tetapi tak kunjung dibenahi.

Padahal, berdasarkan data yang dirilis Fortune tentang 500 perusahaan terbesar di dunia, 30 persen CEO-nya memiliki re kam jejak berlaga di NCAA. Hal itu me nun jukkan bahwa kompetisi dan seleksi dalam olahraga menjadi salah satu pembentuk kualitas seseorang. "Lima ingin memperbaiki industri olahraga sekaligus membentuk karakter anak muda Indo nesia," ujarnya bersemangat.

Selain menggelar pertandingan, Lima tengah bersiap mengadakan simposium pada November mendatang. Dalam acara tersebut, Lima akan meng undang pembicara dari kalangan atlet, termasuk man tan petinju Chris John. Ryan berharap industri olahraga ke depan mampu meng ubah paradigma masyarakat terhadap profesi atlet.

Banyak atlet profesional yang tak memiliki jaminan hidup di masa tuanya. Pa dahal, di zaman keemasannya, para man tan atlet ini mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Chris John dinilai sebagai contoh atlet yang masih tetap eksis meski memasuki masa pensiun. "Maka dari itu, Lima mengundang Chris John untuk mendengar apa kiatnya," terang Ryan.

Meski bertujuan mulia, masih ada pula orang yang mencibir kehadiran Lima. Ryan menuturkan, tim-tim yang kalah atau tim yang curang tak jarang berpandangan sinis terhadap Lima. Tim-tim tersebut biasanya merekrut pemain para atlet profesional. padahal, di Lima, me rekrut atlet profesional un tuk masuk dalam tim mahasiswa jelas-jelas dilarang. Cara-cara seperti itu dianggap menciptakan kultur kebohongan dan tidak memiliki integritas. Walhasil, tim yang biasanya menang di kompetisi lain yang sejenis harus gigit jari karena gaungnya tidak terdengar di Lima.

Kendala lain yang dihadapi Lima ada lah sulitnya menemukan arena pertanding an yang baik. Sebab, rata-rata lapangan olahraga di kampus sudah tidak memadai. Ryan mengaku, dengan terbatasnya ang garan di Lima, pihak nya kesulitan mencari lapangan yang sesuai standar. Kalaupun ada tempat yang dapat disewa, harga se wa nya melebihi alokasi anggaran Lima. Namun, kondisi tersebut tidak meng halangi Lima untuk melaksana kan kompetisi. "Selalu ada jalan," tambah Ryan.

Kerja keras Ryan membuahkan hasil yang manis. Tahun ini, ia memperoleh peng hargaan dari menteri pendidikan nasional atas dedikasinya memajukan olahraga. Tak hanya itu, pada Mei lalu ia juga menyabet gelar The Best Out standing Achievement dalam ajang bergengsi Youth Women Netizen Marke teers Award 2014. Ajang ini merupakan penghargaan bagi para pemasar muda di bawah usia 35 tahun yang berhasil menerapkan breakthrough strategy (terobosan strategi) selama kurun waktu 2013-2014.

Ryan menuturkan salah satu resep jitu dalam meraih kesuksesan adalah adanya passion. Menurutnya, passion akan menentukan seberapa baik hasil kerja yang dihasilkan oleh seseorang. Ia menuturkan, di sela-sela kesibukannya dulu, Ryan selalu mendapati diri nya berada dalam ajang olahraga. "Entah ikut bertanding atau sekadar mengorganisasi futsal di luar jam kan tor, tapi pasti saya selalu berhubungan dengan olahraga," kisah Ryan yang pernah bekerja sebagai konsultan perbankan.

Dia juga berani mengambil bidang olahraga di jenjang master untuk selanjutnya mendirikan Lima. "Mimpi saya adalah melihat Indonesia lolos ke Piala Dunia," pungkas Ryan. rep:c88 ed: nur aini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement