Jumat 26 Sep 2014 13:00 WIB

Mundur Karena Dilarang Berjilbab

Red:

INCHEON -- Sore itu, Rabu (24/9), sebanyak 11 pebasket putri Qatar memasuki arena pertandingan di Hwaseong Sports Complex untuk menjalani laga perdana fase grup melawan Mongolia. Lima di antara mereka berhijab.

Alangkah terkejutnya mereka karena panitia pertandingan meminta agar kelima pemain Qatar melepas jilbabnya. Jika tidak, kelima pemain itu dilarang beraksi di arena pertandingan. "Sebelumnya kami dapat informasi bahwa kami boleh bertanding meskipun menggunakan jilbab," ungkap pebasket putri Amal Mohamed ,dilansir BBC.

Karena memakai jilbab merupakan perintah agama Islam bagi kaum hawa, maka mereka pun tidak mengindahkan perintah panitia pertandingan. Tim putri Qatar akhirnya kompak tidak menjalani pertandingan meskipun ada enam pemainnya yang tidak memakai jilbab.

Qatar akhirnya dinyatakan kalah WO karena hingga 10 menit dari jadwal pertandingan pada pukul 16.15 waktu setempat, tak juga mau menjalani pertandingan melawan Mongolia.

Awalnya, Qatar masih berharap mendapat persetujuan bermain menggunakan hijab. Namun, hingga laga kedua melawan Nepal, Kamis (25/9), belum ada tanda-tanda panitia melunak. Qatar pun lagi-lagi dinyatakan kalah WO. "Pemain Qatar menolak untuk melepaskan hijab," kata juru bicara Incheon Asian Games Organizing Committee (IAGOC) Anna Jihyun You.

Aturan cabang olahraga di Asian Games mengikuti federasi internasional. Banyak yang memperbolehkan atlet mengenakan hijab di antaranya bulu tangkis, menembak, sepak bola, dan dayung. Bahkan, tim dayung putri yang turun di nomor 'Quadruple Sculls', empat-empatnya memakai jilbab. Mereka sukses meraih perunggu.

Khusus bola basket, karena FIBA belum mencabut regulasi bahwa setiap pemain dilarang memakai penutup kepala atau aksesoris rambut, maka Asian Games ke-17 pun mengikutinya.

FIBA akan mengevaluasi aturan itu kembali tahun depan dan menentukan apakah mengizinkan pemain mengenakan penutup kepalan pada beberapa kompetisi internasional mulai musim panas mendatang.

Untuk bisa mendapatkan pengecualian dalam turnamen domestik, federasi basket suatu negara mesti memberitahukan kepada FIBA bahwa mereka mengizinkan pemain tampil dengan penutup kepala. Selain itu, harus ada laporan dua kali dalam setahun mengenai turnamen atau kompetisi itu. Evaluasi sepenuhnya akan berlangsung pada 2016 untuk kemudian diputuskan apakah aturan ini menjadi permanen setelah Olimpiade 2016. rep:israr itah/ap ed: fernan rahadi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement