Selasa 23 Sep 2014 13:00 WIB

Sungai Cisadane Kritis

Red:

TANGERANG -- Kemarau yang belum berakhir membuat debit air di Sungai Cisadane, Tangerang, Banten, terus mengalami penurunan. Bahkan, Kepala Bendung Pintu Air Sepuluh, Pasar Baru, Tangerang, Sumarto, menyebut debit air Sungai Cisadane masuk dalam level kritis.

Debit air masuk dalam level kritis sebab ketinggian debit air mencapai 11,70 meter dari batas normal 12,50 meter. "Kondisinya masuk level kritis meski masih terlihat banyak air di Sungai Cisadane tetapi debitnya terus berkurang," kata Sumarto, Senin (22/9).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Lucky.R/ANTARA

Warga melintas Sungai Cisadane yang airnya mengalami penyurutan di Sepatan Timur, kab.Tangerang, Banten.

Akibatnya, 10 pintu air tidak dibuka agar debit air di Sungai Cisadane yang masuk ke Kota Tangerang tetap terjaga. Ia menyebut, air Sungai Cisadane merupakan sumber utama bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta industri. Tercatat, ada tiga perusahaan air yang mengambil air dari Sungai Cisadane yakni PDAM Tirta Kerja Raharja milik Pemda Kabupaten Tangerang, PDAM Tirta Benteng Milik Pemda Kota Tangerang serta Aetra Tangerang.

Berdasarkan data, PDAM mengambil air dengan jumlah 2,4 meter kubik per detik. Sedangkan, industri mengambil air 3,2 meter kubik per detik. "Selama dalam kondisi kritis seperti ini, seluruh pintu air kita tutup. Artinya, tidak ada pembuangan ke laut," katanya.

Tak hanya itu saja, pembuangan air ke dua saluran pintu intake pun dibagi. Penjaga pintu intake diminta untuk mengatur pembagiannya. "Warga akan mengalami imbas akibat pembatasan air dari saluran irigasi, terutama untuk warga Kabupaten Tangerang," ujarnya.

Debit air Sungai Cisadane sebelumnya sempat naik akibat hujan. Namun, kondisi itu hanya akan bertahan selama dua hari ke depan. "Kalau kemarau terus berkepanjangan, maka akan terus kritis," paparnya.

Pelaksana lapangan Bendung Pintu Air Sepuluh, Dedi, menambahkan, pengaturan dua pintu intake akan dilakukan sesuai kondisi debit air. "Bila memang semakin berkurang, maka akan dikurangi juga air ke saluran kali irigasi," ujarnya.

Pemerintah Kota Tangerang meminta Kementerian Pekerjaan Umum segera mengeruk endapan lumpur di Sungai Cisadane yang sudah menebal. Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah menuturkan, pengerukan lumpur di Sungai Cisadane diperlukan untuk mengantisipasi kekeringan di sungai tersebut selama kemarau. "(Endapan) akan membuat ketersediaan air di Sungai Cisadane semakin berkurang," katanya, akhir pekan kemarin.

Sebelumnya, Kementerian PU sudah melakukan pengerukan di Sungai Cisadane. Tapi, Arief mengaku kurang puas lantaran menilai pengerukan tersebut belum menyeluruh. "Saya pernah memantau proses pengerukan. Tetapi, tidak berlangsung lama, pengerukan sudah selesai padahal endapan lumpur masih tebal," kata Arief, Jumat (19/9).

Arief berjanji akan bertindak cepat untuk mengantisipasi kekeringan. "Apalagi, air dari Sungai Cisadane menjadi kebutuhan utama bagi warga Tangerang," ucap dia.

Pelaksana Pengawas Lapangan Bendung Pintu Air 10 Tangerang, Dedi, mengatakan, batas normal ketinggian air Sungai Cisadane yakni 12,50 meter. Ketinggian air tersebut kemudian terus mengalami penurunan menjadi 12,10 meter dan kini ketinggiannya menjadi 12 meter.

"Selama sepekan, penurunan debit air dapat dikatakan sangat drastis. Hal ini disebabkan musim kemarau yang berkepanjangan," kata Dedi.

Sementara itu, kekeringan paling parah di Sungai Cisadane terjadi pada kurun waktu tiga tahun lalu dengan ketinggian air hanya 11,70 meter. "Kita harapkan agar tidak terjadi kekeringan seperti tiga tahun lalu," kata dia menjelaskan. rep:c81 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement