Senin 22 Sep 2014 16:30 WIB

Petani Tolak Impor Bawang

Red:

CIREBON –– Para petani di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, meminta pemerintah tidak meng impor bawang merah. Petani meyakini, produksi mereka mampu memenuhi kebutuhan pasar. Sekretaris Dewan Bawang Merah Nasional Mudatsir kepada wartawan di Cirebon mengatakan, sebaiknya pemerintah tidak mengimpor bawang merah karena produksi lokal melimpah. Sehingga, kebutuhan pasar akan terpenuhi oleh hasil panen petani yang terus berlanjut.

Dengan melimpahnya produksi, petani yakin dapat mencukupi permintaan pasar. Jika terjadi impor bawang merah, harga menjadi anjlok. "Minat menanam bawang merah di sejumlah daerah terus meningkat," kata Mudatsir, Ahad (21/9).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Raisan Al Farisi

Petani memanen bawang merah.

Harga murah akan memberatkan petani lokal, kata Mudatsir. Karena, modal tanam mereka cukup tinggi terutama saat kemarau. Apalagi, kebutuhan air harus dilakukan dengan cara pompa nisasi. Petani lokal pernah merugi hingga berkali-kali akibat panen raya. Akibat impor yang terus berlangsung, persedian pasar melebihi permintaan konsumen dan harga jatuh di bawah modal tanam.

Petani yang modalnya terbatas terpaksa beralih tanam. Mere kakhawatir merugi kembali. Petani berharap, pemerintah menghentikan impor bawang merah untuk menyelamatkan mereka. Mudatsir mengatakan, usaha menanam bawang merah mampu menyerap jutaan buruh harian lepas, mulai dari awal penanam an hingga proses panen dan pengiriman. Bahkan, usaha mena nam bawang menghasilkan usaha lokal baru untuk pengolahan ba wang goreng.

Untuk musim tanam 2014, pemerintah tidak perlu melakukan impor bawang merah. Pihaknya yakin kebutuhan bawang merah nasional akan terpenuhi karena saat ini sebagian mulai panen dan akan terus berlanjut.

Dewan Bawang Merah Nasional juga meminta kepada pihak terkait supaya bisa mencegah penyelundupan bawang merah di daerah perbatasan. Maraknya penyelundupan bawang merugikan petani lokal. Mudatsir menduga, kiriman bawang merah ilegal tersebut sering terjadi di daerah perbatasan. Karena itu, pengawasan hendaknya lebih dipekertat sehingga tidak ada bawang merah yang masuk tanpa izin karena merugikan petani lokal.

Riwad, petani bawang merah Cirebon mengaku, impor bawang merah harus dibatasi karena produksi lokal mulai membaik. "Kenaikan harga masih bisa dikendalikan jika panen berlanjut," kata Riwad.

Budidaya bawang merah semakin diminati para petani di Kabupaten Cirebon, Majalengka, Kuningan, Indramayu. Diharapkan, mereka bisa menikmati hasil panennya sehingga produksi tetap bertahan.

Tingginya pasokan bawang me rah telah membuat harganya anjlok. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Disko pe rindag) Kota Sukabumi mencatat, harga bawang merah mengalami penurunan sebesar 14,28 persen menjadi Rp 12 ribu per kilogram. "Penurunan disebabkan oleh meningkatnya pasokan dari daerah penghasil bawang seperti dari Jawa Tengah," ujar Kepala Diskoperindag Ayep Supriatna.

Musim kemarau merupakan waktu yang tepat bagi petani bawang untuk bercocok tanam. Sehingga, hasil panenpun tinggi dan pasokan meningkat. Selain bawang, harga komoditas lain yang mengalami penurunan adalah cabai rawit merah. Harga cabai rawit turun 6,25 persen menjadi Rp 15 ribu per kilogram. antara, ed: friska yolandha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement