Senin 22 Sep 2014 13:00 WIB
Kabar dari Tanah Suci

Dukun Bayi Tunaikan Ibadah Haji

Red:

Oleh: Neni Ridarineni -- Kerut-kerut tampak jelas di wajah Mahati (99 tahun). Meski demikian, rasa bahagia tak bisa disembunyikan dari raut mukanya yang selalu tampak semringah. Walaupun baru dua hari sampai di Makkah, sama sekali tak tampak kelelahan.

Lansia ini menunaikan ibadah haji bersama tetangganya, Kholid, dan istrinya, Yasalbiyah. Ketika melaksanakan umrah wajib, yakni saat tawaf dan sa'i, ia disewakan kursi roda.

''Alhamdulillah, nenek sudah melaksanakan umrah wajib. Tadi, saya mau melaksanakan umrah sunah tanpa menggunakan kursi roda, tetapi baru lima kali putaran tawaf tersodok oleh jamaah haji dari Timur Tengah yang besar badannya. Saya mau jatuh dan mau pingsan. Akhirnya, saya tidak jadi umrah sunah,'' katanya sembari tersenyum.

Dia mengaku, sudah lama ingin sekali menunaikan ibadah haji. Setelah uang simpanannya cukup untuk mendaftar menjadi jamaah haji, dia langsung mendaftar dan menabung ke salah satu bank di Citeureup, Bogor, untuk behaji. Dia lupa kapan mulai mendaftar, tetapi dia mendapat giliran untuk berangkat haji pada 2015.

''Namun, tiba-tiba saya diberitahu anak saya bahwa saya bahwa diminta segera melunasi biaya menunaikan ibadah haji karena bisa berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini. Alhamdulillah, langsung saya lunasi. Kebetulan, saya masih punya tabungan yang cukup untuk itu,'' ujarnya.

Mahati mengatakan, dia menambung sudah lama karena ingin sekali menunaikan ibadah haji. ''Saya sempat bertanya kepada guru ngaji saya apakah seorang dukun yang tidak punya apa-apa bisa berhaji ya. Guru ngaji saya bilang, Insya Allah bisa asal nabung.''

Akhirnya, setiap mendapat uang dari membantu orang melahirkan, selalu ditabungnya sebagian. Namun, dia lupa saat ditanya sudah berapa tahun menabung. Dia menabung di lemari bajunya dan kalau sudah terkumpul agak banyak, uang tersebut dimasukkan  ke bank. ''Alhamdulillah, saya bisa berangkat haji tahun ini," cerita dia.

Dia mengaku tak menyangka sama sekali bisa sampai ke Tanah Suci. "Senang  sekali sekarang saya bisa melihat Ka'bah ada di depan mata saya. Biasanya, saya hanya melihat gambar Ka'bah di sajadah. Di depan Ka'bah, saya berdoa kepada Allah SWT agar diberi panjang usia dan masih bisa bermanfaat membantu menolong orang yang melahirkan.''

Meskipun usianya sudah hampir satu abad, Mahati masih belum pensiun sebagai dukun bayi. Bahkan, dua hari sebelum berangkat ke Tanah Suci, Nenek Mahati masih membantu orang melahirkan.

''Waktu itu, saya sempat dilarang anak saya untuk membantu tetangga yang mau melahirkan karena saya tinggal dua hari berangkat menunaikan ibadah haji. Ya, saya bilang nggak apa-apa, ada orang minta tolong kok tidak dibantu,'' kata Mahati yang sudah mempunyai 22 cicit sambil tersenyum.

Dia mengaku, tak sekolah sama sekali dan tidak bisa membaca dan menulis. Keahliannya menjadi dukun bayi diperoleh dari orang tuanya. Salah seorang anaknya pun mewarisi keahliannya menjadi dukun bayi. 

Saat menolong wanita melahirkan, warga Bojong Pesantren, Citeureup, Bogor, ini tak pernah pasang tarif. Berapa pun uang yang diberikan oleh orang yang ditolongnya selalu dia terima. ''Bahkan, ada orang yang setelah saya bantu melahirkan di rumah saya dan setelah bersih langsung pergi. Saya sempat bengong. Tapi, ya tidak apa-apa, saya ikhlaskan saja.''

Dia menerima berapa pun upah yang diberikan oleh orang yang dia tolong. Rata-rata, sekitar Rp 300 ribu-Rp 500 ribu. Meski tidak setiap hari ada yang melahirkan, minimal seminggu sekali ada orang melahirkan yang minta bantuan Mahati. 

Di usianya yang hampir 100 tahun, Mahati tampak sehat. Ia memang mengaku jarang sakit. Ketika ditanya apa resepnya awet muda dan panjang usia, dia mengatakan, shalat lima waktu. Ia juga bilang, setiap pagi minum kopi pahit satu gelas. ''Kalau sudah minum kopi, tidak mengantuk.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement