Senin 15 Sep 2014 15:30 WIB

PKB, Generasi Baru Politik NU?

Red:

Oleh: Muhammad Subarkah --  Pada sebuah sore, di kantor DPP PKB, beberapa hari setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil pemilu, Muhaimin Iskandar bercengkerama dengan rekan-rekannya dengan wajah semringah. Tawanya lepas dan berbicara dengan gaya banyak canda yang ceplas-ceplos.

Betapa tidak, saat itu secara resmi raihan suara dan kursi PKB dalam Pemilu Legislatif 2014 naik dua lipat. Meski perolehan suara dan kursinya kini belum bisa "menyalip" ketika partai berlambang bola dunia ini dipimpin KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), seleisih jarak itu telah banyak terpangkas.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Suryanto/Antara

PKB yang pada masa Pemilu 1999 mendapat suara sebanyak 13.336.982 atau 12,61 persen dan jumlah kursi di parlemen  mencapai 51 kursi, pada Pemilu 2014 mampu mendapat suara sangat lumayan, yakni menangguk suara 9,2 persen atau 47 kursi di DPR. Bahkan, bila dibandingkan Pemilu 2009, perolehan suara PKB naik dua kali lipat. Jelas sebuah prestasi membanggakan.

Kenyataan ini memang di luar dugaan. Apalagi di berbagai survei dan komentar para pengamat politik yang bergaung di ruang publik melalui media massa, semua meramalkan partai ini akan habis alias tak lolos ambang batas perolehan suara untuk kursi di DPR.

Lembaga survei lain, seperti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), saat itu pun mempunyai prediksi yang sama. PKB yang tetap digolongkan partai Islam dinyatakan tak memperoleh suara signifikan. Bila pun masih punya suara, partai ini akan menjadi pihak "pelengkap penderita" alias komplementer.

''Partai Islam hanya akan jadi komplementer di 2014, jadi pelengkap saja," kata peneliti LSI, Adjie Alfaraby, dalam acara rilis hasil survei "Makin Suramnya Partai dan Capres Islam di Pemilu 2014" di kantor LSI di Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur, Ahad (14/10/2012). ''Popularitas semua partai Islam seperti PAN, PKS, PPP dan PKB berada di bawah angka 5 persen,'' ujarnya lagi.

                                            *****

Namun, ketika sampai hari 'H' ternyata keadaan berbalik 180 derajat. Apa yang diomongkan para "tukang survei" dan pengamat opolitik tak terbukti. Perolehan suara PKB malah melenggang. Kursinya pun naik drastis, hanya selisih dua kursi dari perolehan Partai Amanat Nasional (PAN).

Kenyataan ini memang kemudian membuat salut dari banyak pihak. Pengamat politik LIPI Indria Samego memberikan apresiasi khusus atas prestasi itu. Apalagi, hasil itu mereka dapat dari hasil kerja keras yang dilakukan para politisi yang masih muda usia.

''Kita salut. Apalagi, rata-rata politisi PKB masa kini relatif datang dari generasi yang lebih baru. Tokoh politisi muda nahdliyin kini bermunculan secara semarak,'' kata Indria dalam sebuah perbincangan.

Besar dan mapan pada Muktamar 2014 di Surabaya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menilai PKB memiliki modal yang cukup untuk menyalip Partai Golkar.

Salah satu modal tersebut, kata Muhaimin, adalah modal sosial. Muhaimin menilai, PKB memiliki modal sosial yang besar dengan basis warga Nahdlatul Ulama (NU). Jika mampu dikelola dengan baik, kaum santri NU bisa menjadi fondasi yang sangat kuat. "Fondasi kami sudah kuat, cukup untuk kalahkan Golkar pada 2019," kata dia di Surabaya, Ahad (31/8).

Aura kemenangan itu, kemudian terus dibawa Muhaimin hingga ajang Muktamar PKB 2014 yang beberapa pekan silam baru saja digelar di Surabaya. Alhasil, tak tanggung-tanggung Muhaimin dengan mulus oleh para muktamirin secara aklamasi menduduki jabatan yang selama ini diembannya. Tak ada satu pun yang protes atau bersuara lain.

''Seluruh dewan pimpinan wilayah dan cabang mendukung saudara Muhaimin Iskandar menjadi Ketua Umum PKB. Apakah para peserta muktamar setuju?'' tanya Ketua DPP PKB Marwan Ja'far kepada para peserta muktamar beberapa saat seusai penetapan perubahan AD/ART. Sesaat kemudian, pertanyaan itu dijawab dengan suara membahana: Setuju!

Tak cuma berhasil membawa masa partainya untuk memilihnya kembali, Muhaimin pun kemudian memompakan semangat dan target baru kepada anggota partainya. Dengan yakin, dia menegaskan bahwa pada saat ini kaum santri sudah memiliki kualitas yang memadai untuk mengelola bangsa. Pendidikan di pesantren ternyata mampu menjadi sarana untuk membentuk santri-santri yang bisa menjadi penggerak pembangunan bangsa. "Santri kini sudah mampu membangun Indonesia," ujarnya.

Tak cukup dengan itu, Muhaimin kemudian meneriakkan slogan yang berisi cita-cita PKB menyalip Partai Golkar dalam pemilihan umum mendatang. Dan, dia pun yakin target itu bisa diwujudkan karena melihat "besarnya modal" yang dipunyai partainya.

''PKB memiliki modal sosial yang besar dengan basis warga Nahdlatul Ulama (NU). Jika mampu dikelola dengan baik, kaum santri NU bisa menjadi fondasi yang sangat kuat. Jadi, kami punya cukup fondasi untuk mengalahkan Golkar pada 2019," katanya.

Lalu, apa strategi lainnya untuk menyalip Partai Golkar? Salah satunya adalah pengelolaan media. Muhaimin memaparkan, media merupakan mitra utama PKB dalam misinya membangun bangsa. Terlebih, pada periode mendatang, PKB akan kembali berada dalam pemerintahan. "Maka ke depan, jangan sampai ada berita terkait pembangunan dan kemanusiaan yang tidak ada PKB di dalamnya," ujar Muhaimin menegaskan.

Melihat besarnya semangat Muhaimin, para rekan sesama politisi yang berasal koalisi pengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-Jk) yang hadir di muktamar tersebut kontan mendukungnya. Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyatakan target itu bisa diraih mengingat pencapaian PKB dalam pemilu lalu yang memang terbilang meyakinkan.

"PKB pada Pemilu 2014 ini memperoleh amanah dengan hasil kenaikan di atas 100 persen. Dari 4,5 persen (pemilu lalu), kini memperoleh sembilan persen. Itu luar biasa. Cita-citanya menyalip  Partai Golkar, saya katakan insya Allah akan terjadi," ujar Paloh. Hal ini makin bernilai karena PKB merupakan partai berpendirian moderat yang konsisten membela rakyat kecil.

Tak hanya Surya Paloh, presiden terpilih Joko Widodo juga memberikan apresiasi atas cita-cita PKB yang ingin menyalip Partai Golkar. "Ketika memberikan sambutan di depan muktamar itu, Jokowi menyatakan taregt itu bisa diraih.''

''Kalau harus lebih baik dari Golkar, feeling saya mengatakan juga seperti itu. Feeling loh ini feeling," ujar Jokowi. Bukan hanya itu, dia secara berseloroh menyatakan, "Targetnya katanya harus menang dari Golkar, untungnya enggak menang dari PDIP ya," kata Jokowi.

Para peserta muktamar pun tergelak mendengar pernyataan itu. Jokowi kemudian menegaskan target bisa dicapai bila para kadernya mau bekerja keras. Selain itu, partai ini ke depan harus benar-benar solid memperjuangkan kepentingan rakyat. '' Segala sesuatunya tidak bisa didapatkan tanpa usaha yang maksimal,'' ujarnya menegaskan.

                                          *****

Mengomentari posisi PKB dalam Pemilu 2014, pengamat politik Fachry Ali mengatakan secara teoretis posisi partai ini memang sangat menarik untuk dikaji. Bila kini mereka mendapat hasil yang lumayan dalam pemilu terakhir ini, ini menjadi jelas bahwa untuk menjalankan PKB tidak perlu perlu ditangani oleh 'orang suci'.

''Justru tanpa 'orang suci' seperti Gus Dur itu, PKB kini bisa bangun dan muncul lagi. Hal yang sama juga bila melihat posisi Rhoma Irama yang juga menjadi 'orang suci' di bidangnya. Tanpa kehadiran mereka, Muhaimin dengan PKB-nya itu bisa memperoleh posisi sangat lumayan. Ini menariknya,'' kata Fachry Ali.

Terkait munculnya generasi politisi baru berusia muda, Ketua DPP PKB Marwan Ja'far menyatakan kini sebagian besar politisi dan kader partainya berusia tak lebih dari 45 tahun. Porsi komposisi anak muda ini kini malah mencapai 98 persen.

''Sudah dua periode ini kaum muda mendominasi kepengurusan PKB. Kini, hanya beberapa orang saja—pengurus di tanfidziyah—yang berusia lebih dari itu. Atau, bahkan saya hitung hanya tiga orang. Yang tua kini hanya ada keanggotaan dewan syura. Jadi, generasi politisi PKB hari ini adalah generasi muda politisi nahdliyin,'' ujarnya menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement