Selasa 09 Sep 2014 16:00 WIB
kesehatan

Menakar Keamanan Kandungan Fenilalanin

Red:

Tak banyak orang yang mengetahui dengan persis jenis bahan tambahan makanan yang masuk ke tubuhnya dari minuman ataupun makanan kemasan. Padahal, tak semua populasi masyarakat aman mengonsumsi bahan tambahan makanan, salah satunya fenilalanin. Belakangan, di media sosial ramai perbincangan mengenai makanan ringan dan sirup yang mencantumkan kandungan fenilalanin pada kemasannya. Otomatis, produk tersebut tersebut tidak cocok untuk penderita fenilketonuria.

Fenilalanin termasuk asam amino yang banyak terdapat dalam makanan. Fenilalanin penting bagi tubuh karena merupakan senyawa kimia yang mengantar atau menyampaikan pesan pada sistem saraf otak. Kandungannya tidak merugikan tubuh asalkan sesuai dengan dosis aman. "Akan tetapi, fenilalanin tidak bisa dikonsumsi oleh penderita fenilketonuria," jelas ahli gizi dr Tirta Prawira Sari SpGK.

Fenilketonuria atau phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan desakan autosomal genetis. Cirinya bisa dikenali dengan kurangnya jumlah enzim fenilalanin hidroklase (PAH). Penyakit ini bisa diturunkan secara genetis sehingga perlu adanya penanganan khusus apabila seorang bayi terlahir mengidap PKU. Fenilketonuria merupakan kelainan yang menyebabkan penimbunan asam amino fenilalanin. "Ini sejenis penyakit genetik dan pengidapnya sangat sedikit di dunia," kata Tirta.

Fenilalanin kaya terdapat dalam sumber protein alami, seperti daging dan susu. Mengonsumsi makanan berjenis protein rendah, seperti buah, sayuran, dan gandum, akan jauh lebih aman bagi pengidap PKU. Fenilalanin juga terdapat di aspartam, pemanis buatan. Orang normal—baik anak-anak, dewasa, maupun ibu hamil—tak akan terkena masalah kesehatan jika mengonsumsinya asalkan sesuai kadar yang telah dianjurkan. Lain halnya dengan penderita PKU yang tidak mampu mengurai asam amino sehingga menimbulkan penumpukan di dalam darah.

Pengidap PKU tidak diperbolehkan sedikit pun mengonsumsi fenilalanin karena tak mampu memetabolismenya. Pada orang normal, pengonsumsian fenilalanin secara terus-menerus akan membuat kadarnya di dalam tubuh mengarah ke tingkat tinggi dan membahayakan, terutama bagi otak. Beberapa penelitian menunjukkan menelan aspartam bersamaan dengan karbohidrat dapat menyebabkan kelebihan kadar fenilalanin di otak. "Tak terkecuali pada mereka yang tidak menderita PKU," kata dr Iswan Syarif SpOG.

Banyak orang yang mengonsumsi aspartam dalam periode waktu cukup panjang memiliki tingkat fenilalanin dalam darah yang berlebih. Penimbunannya dapat menyebabkan tingkat seratonin di otak menurun sehingga menyebabkan orang tersebut mengalami gangguan emosional, seperti depresi. Apabila seseorang yang normal mengonsumsi sirup ataupun minuman bersoda yang mengandung fenilalanin setiap hari secara berlebihan, kelak tubuhnya akan menimbulkan gejala PKU meski dia tak memiliki riwayat genetik demikian. Memorinya seolah mudah hilang dan sering merasa sakit kepala. Penderitanya akan terpicu untuk terus mengonsumsi sumber fenilalanin.

Efeknya juga akan berpengaruh pada suasana hati yang mudah berubah. Jika menemukan gejala tersebut, sebaiknya segera melakukan tes darah. Orang normal yang terdeteksi kelebihan fenilalanin akan mengalami tingkat fenilalanin 80 mg ke atas. Dengan mengurangi jumlah konsumsi fenilalanin, kondisi tubuh dengan sendirinya akan menjadi lebih baik.

Sementara, fenilketonuria pada wanita hamil memberikan dampak besar terhadap janin yang dikandungnya. Ia berisiko melahirkan anak dengan keterbelakangan mental dan fisik. Bayi bisa terlahir dengan kepala kecil (mikrosefalus) dan berpenyakit jantung. Untuk itu, selama hamil sebaiknya dilakukan pengawasan ketat terhadap kadar fenilalanin pada ibu sehingga bayi bisa terlahir normal. Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria sangat jarang langsung menampakkan gejalanya. Terkadang, bayi yang mengalami fenilketonuria cenderung mengantuk dan sulit untuk makan. Apabila tidak diobati, kemungkinan besar anak akan mengalami gangguan intelektual saat tahun pertama. Kondisinya bisa menjadi lebih berat.

***

Gejala PKU pada Anak

Pada anak-anak, gejala kelebihan fenilalanin bisa membuat mereka kejang, mual, hingga muntah. Di kulitnya bisa juga terdapat ruam seperti eksim. Ketika berkemih, bau urinenya seperti kencing tikus. Kondisi itu terjadi akibat adanya produk sampingan fenilalanin atau asam fenilasetat yang terdapat pada air kemihnya.

Di samping itu, rambut anak akan berwarna lebih terang dari anggota keluarga yang lain. Anak juga cenderung berperilaku agresif dan tidak sadar apabila mencederai dirinya sendiri. "Mereka akan cenderung lebih hiperaktif," kata dokter yang juga mengenyam pendidikan konsultan fetomernal di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Fenilalanin memang tidak berbahaya bagi tubuh, bahkan keberadaannya diperlukan untuk tubuh, terutama otak. Tentunya, ia akan bermanfaat selama kadarnya sesuai dengan yang dianjurkan. Seorang ibu hamil yang tidak mengidap PKU boleh mengonsumsi pemanis buatan dalam batas normal. Saat ini, dosis 500 mg L-fenilalanin per hari masih dianggap aman. Kalau kadar konsumsinya melebihi angka tersebut, risiko terjadinya efek samping bisa meningkat.

Anak-anak yang mengalami kelebihan kadar fenilalanin harus membatasi makanan yang mengandung zat tersebut. Pada awal usia pertumbuhannya, anak harus mendapatkan pengawasan makanan. Pada usia dua atau tiga tahun, biasanya menjadi usia rentan bagi anak mengonsumsi jenis makanan yang banyak mengandung zat tersebut. "Kita tak hendak menghilangkan asupan fenilalanin, tapi membatasinya," jelas Iswan. rep:nora azizah ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement