Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Mereka yang Terbuang

Red:

Suaranya yang berat menggema ke seantero ruang pertunjukan. Bajunya kumal dengan robekan di sana-sini, wajahnya terlihat kotor. "Lihat ke bawah, jangan pandang matanya! Lihat ke bawah, kalian akan tetap di sini sampai mati!" lelaki berbaju kumal itu meneriakkannya dalam nyanyian beraliran seriosa.

Nyanyiannya kemudian diikuti beberapa lelaki lain dengan kostum yang serupa. Mereka bersama-sama berteriak, menyanyi, sambil bermain peran. Panggung auditorium RRI menjadi saksi sejarah pementasan sebuah karya sastra besar dari abad ke-19.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:yasin habibi/Republika

Sebuah karya klasik berjudul "Les Miserables" akhirnya ditampilkan dalam sebuah pertunjukan teater di Indonesia. Bukan main-main, butuh perjuangan panjang bagi Mario, sang produser, untuk bisa mendapatkan izin dari komunitas teater di Prancis untuk bisa menampilkan karya Victor Hugo ini untuk pertama kalinya di Indonesia.

Kisah tentang perbudakan pada awal abad 19 ini dimainkan oleh aktor dan aktris Indonesia setelah melewati rangkaian seleksi yang ketat. Tak kurang dari 70 pemain terkumpul dalam proyek ini.

Mario Lukman, sang produser, mengungkapkan bahwa tujuan pementasan ini adalah untuk memberikan peluang bagi generasi muda untuk bisa tampil dalam sebuah pertunjukan kelas dunia. "Pentas kali ini juga sebagai langkah awal bagi kami untuk pementasan aslinya yang akan digelar tahun depan. Kami masih berkoordinasi dengan Broadway di New York untuk bisa mendapatkan lisensi ‘Les Miserables’ agar bisa tampil utuh, tidak hanya vokal," ujar Mario yang juga melatih vokal di New York, Amerika Serikat.

Dalam pementasan ini, tokoh utama Jean Valjean diperankan oleh Bla-bla-bla. Pemuda yang sebelumnya tidak pernah bermain teater ini malah mengaku kalau tidak bisa menyanyi. "Namun, setelah belajar keras, akhirnya bisa nyanyi juga," ujarnya singkat.

Menurut Mario, Bla-bla-bla terpilih karena range vokalnya cukup lebar. "Kami cari yang benar-benar bisa menjangkau vokal aslinya. Bahkan, pemeran Jean Valjean ini baru terpilih tiga buka sebelum show. Mendadak sekali. Kalau yang lain enam bulan sudah ada," jelas Mario.

Untuk tokoh Fatine dan Cosette diperankan oleh sosok ibu dan anak sungguhan. Xxx dan xxx memerankan tokoh yang menjadi sentral cerita dalam kisah "Les Miserables" ini. Xxx yang sebelumnya pernah tampil dalam pementasan drama musikal mengaku menantikan perannya sebagai Fatine.

Karena ini merupakan pentas awal sekaligus untuk pementasan tahun depan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), tata panggung yang digunakannya sederhana. Pemain duduk di bagian belakang panggung menghadap penonton untuk "mengantre" tampil di ujung panggung. Seluruh percakapan dan nyanyian dilafalkan dalam bahasa Inggris sehingga untuk beberapa orang akan sulit mencerna jalan cerita jika belum pernah membaca novel yang terbit pertama kali pada 1862 ini.

Bertemakan hukum dan cinta, novel ini menguraikan tentang sejarah Prancis, desain dan arsitektur perkotaan Paris, politik, filsafat moral, antimonarkisme, keadilan, agama, serta jenis dan sifat cinta romantis dan cinta keluarga.

"Les Misérables" dikisahkan tentang keadaan pada 1815 dan memuncak dalam pemberontakan pada Juni 1832. Berkisah tentang kehidupan Jean Valjean, seorang narapidana yang dihukum 19 tahun di atas kapal kerja paksa hanya karena mencuri sebongkah roti. Setelah bebas, ia dilanda rasa dendam atas ketidakadilan masa lalunya. Beruntung, ia bertemu dengan seorang uskup, Monseigneur Bienvenu, yang menyadarkannya akan arti kebaikan dan kejujuran.

Di sebuah kota kecil, Jean mengubah namanya menjadi Monsieur Madeleine dan berhasil menjadi orang terkaya dan terpandang di kota itu sampai ia diangkat menjadi wali kota. Dengan status barunya, ia banyak melakukan kebaikan kepada warga kota.

Suatu ketika, seseorang yang bernama Champmathieu disangka oleh pengadilan sebagai Jean Valjean, seorang buronan polisi. Mengetahui hal ini, Monsieur Medeleine dilanda kebingungan, apakah ia harus mengaku siapa sebenarnya kepada pengadilan untuk menyelamatkan Champmathieu atau tetap bersembunyi dengan nama Monsieur Madeleine.

Bersamaan dengan itu, ia mengetahui tentang Fantine, seorang perempuan yang sangat menderita setelah dipecat dari sebuah bengkel kerja tanpa sepengetahuannya. Fantine mempunyai anak perempuan yang bernama Cossete yang dititipkannya kepada keluarga licik Thenardier.

Demi Cossete, Fantine rela untuk melakukan apa pun, bahkan sampai ia terpaksa menjadi pelacur. Monsieur Madeleine begitu tersentuh dengan kisah Fantine dan ia merasa bersalah. Untuk itu, ia bermaksud menyelamatkan Fantine dari kemalangan nasibnya.

Karena pengakuan Monsieur Madeleine di persidangan, Jean kembali harus menjalani hukuman. Beruntung, akhirnya ia dapat meloloskan diri untuk menjemput Cossete. Keduanya akhirnya tinggal bersama, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari kejaran seorang inspektur polisi bernama Javert.

Cossete pun tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik yang memikat Marius, seorang aktivis Revolusi Prancis. Kembali Jean Valjean dihadapkan pada dua pilihan. Jika ia berbuat baik, dengan membiarkan Cossete dan Marius saling mencintai, ia akan kehilangan Cossete yang disayanginya. Jika ia berbuat jujur dan menghalang-halangi cinta Cossete kepada Marius, ia akan menyakiti hati anak itu.

Ceritanya yang mengalir di "Les Miserables" memperlihatkan bagaimana pada zaman itu, seorang sastrawan berani menuliskan kisah perbudakan yang kejam yang juga pernah dimainkan di Filipina. Lahir pada dekade yang nyaris sama dengan Max Havelaar di Indonesia yang kala itu masih terjajah, "Les Miserables" menjadi bukti kejayaan para penulis Eropa pada masa itu. rep:c85 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement