Jumat 05 Sep 2014 12:00 WIB

Meresapi Makna Haji

Red:

Haji merupakan ibadah yang ditunggu-tunggu bagi umat Islam di seluruh dunia sebagai penyempurna rukun Islam. Rukun Islam kelima ini memang berbeda dari ibadah lainnya karena tidak hanya memerlukan kesiapan fisik, tetapi juga materi, ilmu dan spiritual.

Direktur Pusat Kajian Hadis Dr Luthfi Fathullah mengatakan bahwa haji secara bahasa berarti ziarah. Sedangkan, secara istilah bermakna mengunjungi Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan manasik.

"Kini, makna haji memiliki pengertian media untuk mempersatukan umat Islam di seluruh dunia," ujar dia. Haji merupakan media tahunan yang diselenggarakan secara global. Berbeda dengan Idul Fitri yang meskipun seluruh dunia merayakan tapi, berkumpul di tempat masing-masing. Begitu juga dengan shalat Jumat dan ibadah harian lainnya.

Dalam ibadah haji kegiatan yang dilakukan tidak hanya bersifat wajib, seperti thwaf, sai, wukuf, lempar jumrah, maupun tahalul. Tetapi di dalam haji terdapat kegiatan kerja sama informasi antarnegara yang mengirimkan jamaah, juga adanya transaksi perdagangan yang kesemuanya memiliki nilai ibadah.

Setiap Muslim yang telah memenuhi syarat tertentu berkewajiban menunaikan haji. Pemaknaan mampu dulunya hanya dimaknai dengan kesehatan fisik dan kesiapan materi. Namun, kini penjabaran mampu juga terkait datangnya kesempatan dalam bentuk kuota haji.

Jumlah jamaah yang semakin besar tiap tahun tidak sebanding dengan tempat yang ada untuk menampung. Sehingga aturan yang diterapkan pun semakin ketat berdasarkan kuota. Tak jarang antrean untuk mendapatkan kuota ini mencapai hitungan tahun.

"Seseorang yang memiliki fisik dan materi yang siap, ketika belum mendapatkan kuota, dapat dikatakan dia belum mampu," kata Luthfi. Terkadang orang yang tidak kaya raya dan hidup sederhana, saat ada kesempatan mendaftar haji dan langsung dapat kuota, dia bisa dikatakan mampu melaksanakan haji.

Lalu, bagaimana jika harus berutang? Luthfi menjelaskan bahwa orang yang melaksanakan haji dengan berutang dikategorikan belum wajib haji. "Meskipun, hajinya tetap sah," ujar Luthfi.

Jamaah haji juga akan mendapatkan fadhilah yang amat besar. Ada dua hal, menurut Luthfi, keutamaan orang yang menunaikan haji. Pertama, dia mendapatkan pahala dan yang kedua mendapatkan kenikmatan rohani.

"Orang yang melaksanakan ibadah haji akan diampuni dosa-dosanya. Tentu, tidak ada pahala yang layak selain surga," katanya.

Sedangkan kenikmatan rohani, biasanya orang yang telah melaksanakan ibadah haji berharap ingin kembali ke sana. Meskipun ketika beribadah mereka mengalami cobaan dan ujian, mereka akan mendapatkan kenikmatan spiritual dan keimanan yang semakin tinggi.

Jamaah haji yang sedang beribadah biasanya mengalami banyak ketidaknyamanan. Tetapi mereka yang memiliki keimanan tinggi, tetap akan mendapatkan kekhusyukan ibadah. Ibadah haji merupakan sarana melatih kesabaran.

Sudah tentu bekal utama yang harus dibawa ketika beribadah haji, yakni ketakwaan, spiritual, dan fisik. "Ketika seseorang pergi haji tidak melepas keegoisannya maka ibadah hajinya akan terganggu karena seringnya marah-marah," ujar dia.

Jamaah haji juga mesti memiliki fisik yang kuat karena akan banyak aktivitas ibadah dalam bentuk gerak. Seperti halnya orang yang berthawaf, dia akan berdesak-desakan dengan ribuan jamaah lain hingga tujuh kali putaran.

Dia juga harus berlari-lari kecil antara Safa dan Marwah yang putarannya mencapai 3,5 kilometer. Begitu juga kesiapan fisik dengan udara yang panas lebih dari 40 derajat Celcius ketika wukuf di Arafah dan berdesak-desakkan ketika melempar jumrah.

Dosen Ushul Fiqh UIN Syarif Hidayatullah Dr KH Rusli Hasbi mengatakan bahwa makna haji secara bahasa merupakan datang ke tempat yang dianggap sangat suci oleh sekelompok umat untuk bermunajat kepada Allah dan untuk mencapai tujuan akhirat.

Secara agama, haji adalah rukun Islam yang kelima yang dilakukan di Makkah dengan melaksanakan rukun-rukunnya yang dilakukan hanya saat bulan Dzulhijjah. Enam rukun haji, yaitu, niat dan ihram, thawaf, sai, wukuf di arafah, dan tahalul.

Rusli menyebut akan muncul kesadaran beriman bagi orang yang telah menunaikan haji. Selain itu, solidaritas umat dan rasa peduli sesama Muslim menjadi hikmah disyariatkannya haji.

"Kita harus saling memahami ketika ada ritual ibadah yang berbeda karena adat istiadat di antara sesama Muslim yang berasal dari berbagai negara," katanya. Haji juga sebagai alat untuk meningkatkan kesabaran.

Dalam beribadah haji, jamaah memerlukan perjuangan fisik dan materi. Tidak hanya itu, dosen yang juga pengasuh Pondok Pesantren Qalbun Salim ini mengatakan bahwa mereka yang beribadah haji juga harus berjuang secara spiritual.

Setiap Muslim yang mampu fisik, materi, dan spiritual wajib melaksanakan haji. "Tetapi haram hukumnya jika ibadah haji ketika masih memiliki utang," katanya.

Manfaat lain dari ibadah haji, yakni menancapkan rasa keimanan. Perjalanan spiritual ke Baitullah akan memberikan bekas yang luar biasa kepada hati. Ketika sudah pulang ke Tanah Air, dia memiliki kesadaran yang semakin meningkat untuk memaksimalkan ibadah.

"Jamaah haji yang mabrur ketika pulang, tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama ketika belum berhaji. Dia selalu mengingat untuk tidak melakukan maksiat," ujarnya.

Rusli berpesan jangan sampai ilmu berhaji yang dipersiapkan saat manasik justru terlupa. Jamaah harus senantiasa mengulang bacaan dan tak malu bertanya kepada ulama yang berkompeten. Mereka juga harus menyiapkan fisik dengan olahraga sederhana, membawa makanan pendukung kesehatan, dan obat-obatan.

Satu yang sering terlupa, Rusli memaparkan, makna mampu mencakup mampu menghidupi keluarga selama ditinggalkan. Jamaah yang berangkat wajib menyediakan keperluan wajib keluarga yang ditinggalkan. "Jangan lupa meminta doa dari keluarga," katanya.

Sebagai rukun Islam, haji sangat berkaitan dengan rukun yang lain. Saat mengucap syahadat, seorang Muslim menyaksikan diutusnya Nabi Muhammad SAW. "Di Makkah Rasulullah dilahirkan. Ke sana pula jamaah haji menuju," ujar Rusli. Ketika shalat, kita menghadap kiblat yang searah dengan Ka’bah dan ketika berhaji, kita akan melihat langsung Ka’bah dan beribadah di depannya.

Saat zakat, biasanya kita berzakat untuk orang lain, terutama fakir miskin. Beribadah haji merupakan satu bentuk mengeluarkan rezeki di jalan Allah untuk dirasakan diri sendiri.

Ketika beribadah haji, kita sama saja menggunakan harta yang lebih besar daripada zakat fitrah atau mal. Zakat merupakan proses belajar agar tidak kaget ketika mengeluarkan materi yang lebih besar untuk haji.

Rukun Islam keempat, berpuasa. Puasa Ramadhan merupakan proses belajar tidak hanya puasa dari lapar dan haus, melainkan juga dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Ketika haji pun, jamaah harus berpuasa dan menahan diri dari hal-hal yang haram.  rep:ratna ajeng tejomuki ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement