Senin 11 Aug 2014 13:00 WIB

Palestina akan Bawa Israel ke Pengadilan Internasional

Red:

BOGOTA — Palestina berencana membawa Israel ke Pengadilan Pidana Internasional (ICJ) untuk tuduhan kejahatan perang. Serangan Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 1.914 warga Palestina.

Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Malki mengatakan hal tersebut kepada AFP dalam kunjungannya ke Bogota, Kolombia. Menurutnya, Palestina akan mendatangi ICJ dan membubuhkan tanda tangan untuk mengajukan Israel ke pengadilan tersebut. "Segera kami akan menjadi negara. Itu cukup bagi pengadilan untuk memulai penyelidikan," kata Malki.

Pada Sabtu (9/8), pesawat tempur Israel kembali menghujani Gaza dengan 50 kali serangan udara. Peristiwa tersebut menewaskan delapan warga Palestina. Sementara, militan Hamas meluncurkan 25 serangan roket ke Israel di tengah meningkatnya seruan gencatan senjata. "Saya meminta ICJ memulai penyelidikan resmi untuk melihat apa yang dilakukan Israel dalam 33 hari terakhir mencapai tingkat kejahatan perang," ujar Malki.

Sebelumnya, Palestina pada 2009 telah meminta kantor jaksa pengadilan internasional untuk menyelidiki tuduhan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan. Tuduhan tersebut terkait ulah militer Israel di Gaza pada 2008-2009.

Namun, hingga saat ini belum ada penyelidikan atas permintaan tersebut. Ini karena Palestina bukan negara anggota pengadilan kriminal internasional dan status Palestina yang belum pasti di beberapa lembaga internasional. Meski, pada akhir November 2012 Palestina memperoleh status sebagai pengamat nonanggota di PBB. Hal ini semestinya dapat menjadi pembuka untuk penyelidikan pengadilan internasional.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah menyatakan agresi Israel di Gaza adalah pelanggaran berat hukum humaniter internasional yang berlaku. Selain itu, Komisaris Tinggi PBB di bidang hak asasi manusia juga mengatakan dugaan kuat kejahatan perang telah terjadi di Gaza.

Dukungan politik untuk Palestina terus meluas di berbagai negara. Di New York, Amerika Serikat, ribuan aktivis pro-Palestina memenuhi jalanan di Kota New York pada Sabtu (10/8). Mereka melakukan aksi protes mengecam serangan Israel terhadap warga sipil di Jalur Gaza.

Seperti dilansir dari PressTV, Ahad (10/8), para pengunjuk rasa berbaris di jalanan di Manhattan dan kemudian berjalan menuju markas besar PBB. Para aktivis tersebut meneriakkan "Bebaskan Palestina" dan "Tindakan Israel adalah Kejahatan".

Dukungan pro-Palestina juga diserukan di Venezuela. Seperti dilaporkan Aljazirah, suara-suara dukungan terhadap kemerdekaan Palestina muncul di berbagai media, baik dalam iklan komersial maupun di stasiun radio lokal. Suara mendiang mantan presiden Hugo Chavez pun sempat diputar di beberapa stasiun radio. "Kami menginginkan perdamaian. Kami ingin agresi ke Palestina dihentikan. Kami ingin perdamaian di dunia."

Di beberapa stasiun radio lokal propemerintah, sesama penyiar radio saling mengingatkan untuk memberikan informasi terbaru tentang kondisi di Jalur Gaza. Sementara, seorang wanita keturunan Arab berdoa di pusat Kota El Venezolano, Karakas. Para pejalan kaki pun berhenti dan ikut menunjukkan solidaritas mereka. Di markas Departemen Luar Negeri Venezuela yang dikenal dengan Yellow House (Casa Amarilla), dilakukan pengumpulan sumbangan untuk Gaza berupa makanan, obat-obatan, dan pakaian.

Sementara itu, puluhan ribu orang melakukan unjuk rasa mendukung Palestina di Gedung Parlemen Cape Town, Afrika Selatan, pada Sabtu (9/8). Pawai ini adalah pawai terbesar di kota tersebut selama 20 tahun terakhir. "Kami memperkirakan ada lebih dari 30 ribu orang dan bisa mencapai 50 ribu orang," kata Direktur Eksekutif Keselamatan dan Keamanan Cape Town Richard Bosman.

Cucu tertua mantan presiden Nelson Mandela, Mandla Mandela, juga menyatakan, keluarga Mandela sepenuhnya mendukung Palestina. Mandla mengatakan, Afrika Selatan harus bersama-sama memberikan dukungan, khususnya kepada perempuan dan anak-anak yang berisiko kehilangan nyawa akibat perang di Gaza. "Kakek saya selalu peduli dengan Palestina dan ia selalu menyatakan bahwa kebebasan Afrika Selatan tak lengkap tanpa kebebasan Palestina," kata Mandla. rep:c92/c73 ed: andri saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement