Jumat 08 Aug 2014 12:00 WIB

Melejitkan Amal

Red:

Bulan Syawal merupakan bulan hari raya. Hari raya bukan berarti mtiap-tiap diri bisa bebas melakukan apa pun tanpa batas. Hari raya karena merayakan kelulusan dari madrasah Ramadhan sebulan lamanya. Maka tak salah jika Syawal bermakna peningkatan. Pembuktian lulus tidaknya Ramadhan, ladang pembuktiannya pada bulan Syawal.

Pakar Tafsir Alquran Dr KH Ahsin Sakho mengatakan bahwa Ramadhan merupakan bulan pelatihan bagi umat Islam. Seharusnya saat memasuki Syawal, umat Islam menjadi lebih baik dan terjaga amalannya.

"Umat Islam yang telah melalui bulan Ramadhan diibaratkan seperti mobil yang habis masuk bengkel. Lebih bagus dan lebih luwes, mobil pun dicuci dengan bersih. Pribadi kita juga pun diharapkan akan kembali bersih dan menjadi diri yang lebih baik," ujarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Yasin Habibi

Menjadi pribadi yang lebih baik artinya dalam berhubungan dengan Allah SWT harus semakin bagus. Begitu juga hubungan dengan sesama manusia pun semakin harmonis.

Akhsin menuturkan, seseorang yang mendapat kemenangan pada bulan Syawal terlihat dari amalannya yang meningkat. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Ia mampu meresapi makna Ramadhan yang baru saja berlalu. Rasa simpati kepada orang lain juga semakin meningkat. Mereka juga menjadi lebih arif menghadapi masalah.

Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) ini mengingatkan agar amalan seseorang jangan sampai menurun dibanding saat Ramadhan. Keluarga, ia mengungkapkan, memiliki peran penting dalam menjaga keistiqamahan amal. "Masing-masing anggota keluarga harus saling mengingatkan," katanya. Jangan sampai amalan sunah ditinggalkan, amalan wajib dikerjakan malas-malasan.

Saat Syawal, seharusnya kebiasaan Ramadhan untuk shalat berjamaah tetap diterapkan. Begitu juga dalam membaca Alquran.

"Dalam membaca Alquran, keluarga harus menyisihkan waktu minimal membaca satu atau dua ayat dan mengkajinya dengan terjemahan dan tafsir," ujarnya. Membuat gerakan maghrib mengaji di keluarga juga perlu digalakkan. "Kembangkan hingga lingkup RT/RW." Dengan berkembangnya komunitas keislaman, ada semangat lebih untuk berlomba dalam kebaikan.

Terlebih, Akhsin menambahkan, saat ini ada banyak kemudahan untuk memperdalam ilmu agama. "Belajar tafsir sekarang banyak buku terjemahan. Setiap keluarga penting memiliki satu buku tafsir," ujarnya.

Akhsin memesankan, manusia tak bisa lepas dari kesalahan. Bisa jadi selama 11 bulan banyak muamalah yang melabrak norma-norma Allah SWT. "Hadirnya Ramadhan untuk mencuci dosa setelah hati banyak diisi hal-hal duniawi," katanya. Setelah diri diberi kesempatan mendapat ampunan, giliran dosa terhadap orang lain yang harus dihilangkan. "Itulah saatnya bulan Syawal. Saling meminta maaf dan silaturahim untuk membasuh dosa sesama."

Silaturahim membawa hal positif karena di dalamnya ada dua pahala yang dilakukan. Dalam silaturahmi ada pertemuan dan bersalaman.

Seperti sabda Rasulullah SAW, ketika dua orang bertemu dan bersalaman maka ketika itu dosa kedua orang yang sedang bersalaman itu diampuni. Kedua, ketika bertemu, mereka akan saling mengucapkan salam.

Salam yang diucapkan dengan niat yang tulus dan keikhlasan merupakan doa bagi orang yang disapa. Di dalamnya ada doa untuk keselamatan bagi keduanya.

Silaturahim juga dapat menambah jaringan dan sosialisasi. Ini berdampak langsung pada bertambahnya rezeki.

Karena rezeki tidak mungkin turun langsung dari langit, ada cara untuk menjemput rezeki dan salah satu caranya, yakni silaturahim. Seperti, pedagang yang bersilaturahim dengan pembelinya.

Pengasuh Pondok Pesantren Nuu Waar Bekasi Ustaz Fadlan Al Garamatan mengatakan, ketika seseorang telah menahan diri selama Ramadhan maka Syawal dimaksudkan menjadi bulan peningkatan. "Tidak boleh Ramadhan selesai, ibadah juga berhenti," ujarnya.

Dai asal Papua ini mengatakan bahwa Ramadhan merupakan madrasah, bulan inspirasi dan bulan motivasi. Sehingga, pada bulan Syawal saatnya melakukan peningkatan baik ibadah wajib yang dijalankan dengan tepat waktu dan istiqamah. "Termasuk, ibadah sunah, seperti menjaga qiyamul lail," kata Ustaz Fadlan.

Umat juga tidak boleh terlupa dengan amalan puasa. Dengan dilanjutkan puasa enam hari pada bulan Syawal, ganjaran puasanya dihitung setahun penuh. "Ini ibadah yang pahalanya sangat besar," ujarnya.

Silaturahim dan puasa sunah juga selalu dipupuk. Ketika Syawal tiba, tak hanya masalah ibadah yang semakin meningkat, tetapi juga kondisi ruhaniah.

Sesorang yang berhasil ketika Ramadhan akan merasa lebih senang dan damai karena telah diterapi selama satu bulan. Mereka menjadi pribadi yang lebih bersemangat, orang yang berhasil ketika Ramadhan telah menjadi orang pilihan menjadi orang yang muttaqin.

Ramadhan, Ustaz Fadlan mengungkapkan, umat menyerahkan keinginannya, mengekang kemauan dunianya, dan mendekat pada seruan Allah SWT. Keinginan kuat untuk menjaga diri dari dosa merupakan fitrah yang harus dikerjakan manusia sepanjang hidup.

"Mereka datang dari Allah SWT dalam keadaan suci, harus dijaga kesuciannya, dan kembali kepada Allah dalam keadaan suci pula," kata Ustaz Fadlan.

Bulan Syawal juga bulan silaturahim, yakni kita kembali membangun kembali keretakan hubungan antarsesama yang tadinya putus menjadi rekat. "Inilah bulan ketika umat saling meminta maaf."

Meminta maaf bagi orang yang tidak memiliki masalah termasuk hal biasa, tetapi mendatangi orang yang memutuskan silaturahim dan meminta maaf kepada mereka merupakan hal yang utama. rep:ratna ajeng tejomukti  ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement