Selasa 22 Jul 2014 22:39 WIB

Pengusaha Sawit Main Pilpres, Harga Sawit Terus Melorot

Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)
Foto: INHABITAT.COM
Buah Kelapa Sawit dan minyak yang dihasilkan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menyatakan Pemilu Presiden 2014 memberikan pengaruh terhadap harga Tanda Buah Segar sawit di Indonesia yang mengalami perubahan-perubahan harga yang semakin turun dratis setelah 9 Juli 2014.

"Sebenarnya penurunan harga TBS ini sudah diprediksi akan terjadi pada saat pemilu," kata Sekjen SPKS Mansuetus Darto, di Bogor, Selasa.

Darto menilai, penurunan ini terkait dengan para pengusaha sawit yang ikut bermain dalam Pilpres 2014. Begitu banyak aliran uang dari pengusaha sawit untuk di investasikan kepada capres tertentu.

Akibatnya, petani yang harus menanggung semua permainan politik para pengusaha dengan membeli TBS dari petani yang rendah.

Hal ini sama dengan pilpres sebelumnya pada tahun 2009, lanjut Darto, harga pembelian TBS ke tingkat petani sangat rendah. Kondisi ini akan berlangsung hingga penutupan tahun 2014 atau hingga ongkos politik pengusaha sawit tersebut kembali.

Ia mencontohkan harga TBS di beberapa daerah seperti di Rokan Hulu, Riau sebesar Rp1.300 per kg dari bulan sebelumnya Rp1.800.

Darto menjelaskan, selain di Rokan Hulu, penurunan harga TBS juga terjadi di Kabupaten Sintang Kalimatan Barat sebesar Rp1.838 per kg dari Rp1.880 per kg. Di Sanggau Kalimantan Barat harga pada bulan Juli Rp1.800 per kg dari Rp1.900 per kg bulan sebelumnya.

Begitu juga di Tanjung Barat, Jambi harga TBS saat ini sebesar Rp1.791 per kg dari bulan Juni sebelumnya Rp1.844 per kg.

"Harga yang turun drastis di Kabupaten Rokan Hulu adalah harga yang berlaku di petani mandiri yang beredar di tingkat tengkulak," ujar Darto.

Lebih lanjut Darto menjelaskan, dari sejumlah data diatas, para petani sawit saat ini mengeluhkan penurunan TBS yang sangat drastis. Penurunan harga TBS berkisar sampai dengan Rp 100 .

Menurutnya, penurunan harga ini membuat para petani khawatir sawit mereka akan dijual dengan harga yang murah padahal untuk mengembangkannya saja mereka sudah mengeluarkan biaya yang sangat mahal.

Darto mengatakan, menurut Kepala Dinas Perkebunan Riau, Zulher, penurunan di sebabkan oleh pengaruh pelemahan harga kedelai akibat potensi lonjakan signifikan pada output kedelai AS, terpantau memberi tekanan "sentiment negative" kuat terhadap pergerakan harga CPO.

Darto kembali menambahkan, apapun penyebab turunya harga TBS sawit, Sekjen SPKS mengharapkan seharusnya harga TBS dapat tetap stabil dan diharapkan para pengusaha sawit tidak mempermainkan harga TBS agar tidak merugikan petani sawit.

"Peraturan penetapan harga TBS harus segera di evaluasi pada pemerintahan baru sehingga harga pembelian TBS tidak dipermainkan pengusaha," ujarnya.

SPKS merilis, sawit di Indonesia telah mengalami banyak kemajuan, banyak sekali perusahaan sawit yang semakin mengembangkan usaha mereka baik di lokal maupun di pasar internasional.

Kelayakan mutu kelapa sawit Indonesia telah terbukti dengan terealisasinya sawit indonesia di peringkat yang cukup memuaskan di pasar internasional. Namun untuk nasib petani sawit sampai saat ini belum juga mendapatkan kelayakan harga. Feru Lantara

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement