Jumat 18 Jul 2014 12:00 WIB

Menjangkau Hingga Pelosok

Red:

Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam. Setiap orang berhak mendapatkan cahaya Islam meski ia tinggal jauh di pelosok hutan dan gunung.

Semangat untuk menyampaikan dakwah kepada setiap insan inilah yang melandasi beberapa lembaga dakwah membuat program dai ke pedalaman. Terlebih saat Ramadhan hadir. Berbagai kegiatan dakwah dirancang untuk menghidupkan syiar Ramadhan.

Salah satu lembaga yang konsisten bagi dakwah di pedalaman Papua adalah Al-Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN). Presiden AFKN Ustaz Fadlan Garamatan mengatakan, secara umum ada peningkatan kualitas ibadah dan dakwah selama Ramadhan di Papua.

Ustaz Fadlan mengatakan, di sejumlah wilayah di Papua, seperti sejumlah kampung di Fak-fak, Merauke, Wamena, Bintuni, Raja Ampat, dan Kaimana menggelar khataman tilawah Alquran. Kampung yang satu dengan kampung yang lain saling berlomba untuk mengkhatamkan Alquran lebih dahulu.

"Antarkabupaten itu suka tanya-tanya, kampung sebelah sudah berapa juz? Mereka itu suka berlomba dan iri. Tapi, ini iri dalam arti yang baik, karena mereka tidak mau kalah tilawahnya dari kampung sebelah," papar Ustaz Fadlan kepada Republika, Rabu (16/7).

Selain itu, untuk menyemarakkan Ramadhan juga digelar berbagai perlombaan tingkat remaja dan anak-anak. "Ada lomba membangunkan orang sahur. Jadi, siapa yang paling bagus suaranya dan siapa yang paling bisa berpantun-pantun. Ada juga lomba azan, lomba hafiz Alquran, dan cerdas cermat. Itu semua dilakukan oleh masyarakat sendiri. Nanti pemberian hadiahnya pada tanggal satu syawal. Paginya shalat Id, sorenya pembagian hadiah bagi pemenang," papar tokoh perubahan Republika 2011 ini.

Ustaz Fadlan mengatakan, di Papua sudah ada 1.200 orang dai. Para dai tersebut terdiri atas 750 dai lokal dan 350 dai yang datang ke Papua untuk berdakwah.

Soal pengiriman dai, Ustaz Fadlan mengaku banyak bekerja sama dengan berbagai institusi dan ormas Islam. Seperti Ma'had Darus Sunnah yang dikelola Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, KH Ali Mustafa Ya'qub. Dalam program safari Ramadhan tahun ini ke Papua, Darus Sunnah telah mengirimkan 15 orang dai hingga tanggal 5 Syawal mendatang.

"Kita sudah punya dai stand by 750 dai yang bergerak dari kampung-ke kampung, lembah ke lembah, sungai ke sungai. Mereka inilah yang menghidupkan Ramadhan dan menggentarkan pedalaman dengan dakwah Islam," terang Ustaz Fadlan.

Ustaz Fadlan mengatakan, dakwah adalah tugas umat Islam. Jadi, donasi serta peran dakwah harus dari inisiatif umat Islam sendiri. Jangan mengharapkan bantuan hanya dari sebuah institusi semata, tapi berharaplah kepada Allah. Namun, ia berharap, dakwah di pedalaman juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah seperti Kementerian Agama. "Kita harapkan dan doakan semoga Kementerian Agama dalam hal ini bisa mengambil peran. Selama ini memang tidak ada sama sekali," ujarnya.

Para dai harus pintar-pintar sebagai mubaligh, karena mereka akan menjadi panutan dan teladan yang memperlihatkan Islam itu seperti apa. "Dai muhajirin (yang dikirim ke pedalaman) ini harus menyesuaikan topografi wilayah. Dia harus bisa menyesuaikan diri. Sedangkan orang-orang anshar (warga lokal) itu memang perlu kita bekali ilmunya agar lebih banyak," katanya.

Ia mengharapkan, dengan dibekalinya warga lokal dengan berbagai keterampilan, ia bisa menjadi mubaligh di bidangnya masing-masing. "Ada yang sebagai bidan, perawat, guru, aparat negara, birokrat, dan lain sebagainya. Mereka bisa bersikap sebagai dai," papar Fadlan.

Menjadi dai di Papua memang butuh pengorbanan. Ustaz Fadlan mengatakan, ada dua syarat yang harus dipenuhi jika memang ingin sungguh-sungguh berdakwah di Papua. "Dai muhajirin itu syaratnya dua saja. Kalau dia ustaz, dia harus menikah dengan anak gadis kepala suku di sana. Kalau dia ustazah, dia wajib menikah dengan anak kepala suku Muslim yang ada di sana. Sekarang sudah ada sekitar 350 dai yang menikah dan tinggal di sana," paparnya.

Manajer Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) Ustaz Ahmad Fauzi mengatakan, DD agak berbeda dengan lembaga lain dalam mengirim dai ke pedalaman. Dai yang dikirim ke pedalaman adalah putra daerah yang dibina dalam program Cordofa. "Jadi, bukan dai dari Jawa," papar Fauzi.

Dengan cara tersebut, masyarakat yang menjadi objek dakwah lebih mudah menerima. Di sisi lain, sang dai tidak kesulitan beradaptasi dengan adat istiadat masyarakat setempat. Khusus untuk Ramadhan ini, Fauzi menerangkan 20 dai Cordofa disebar ke 10 titik. "Konsentrasinya darah tapal batas, minoritas, dan daerah bencana," kata Fauzi. Daerah yang menjadi binaan dai Cordofa di antaranya Alor, Rote, Kepulauan Talaud, Pedalaman Riau, Manado, Kelud, dan Sinabung.

Para dai ini akan ditempatkan antara satu hingga enam bulan. Selain membina spiritualitas warga, dai Cordofa menjadi agen program-program sosial DD. "Misal kita baru buat program khitan massal untuk dewasa di Alor, NTT," paparnya. Selama Ramadhan, para dai Cordofa juga dibebani sebuah proyek syiar yang harus dilaksanakan. Meski disambut baik masyarakat, program ini, dituturkan Fauzi, masih kurang mendapat dukungan pemerintah.  rep:hannan putra ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement