Kamis 17 Jul 2014 13:00 WIB

Assad Dilantik Jadi Presiden

Red:

DAMASKUS -- Bashar al-Assad disumpah menjadi presiden Suriah untuk periode ketiga, Rabu (16/7). Dia akan memimpin selama tujuh tahun ke depan.

Assad dilantik setelah memenangkan pemilihan presiden pada Juni. Oposisi menanggap pemilihan tersebut hanya lelucon dan tipu muslihat Assad untuk mempertahankan kekuasannya. 

Seperti dikutip Aljazirah, Assad disumpah dengan Alquran di hadapan parlemen dalam sidang istimewa.

"Suriah, tiga tahun dan empat bulan ... telah berlalu sejak beberapa orang berteriak kebebasan," ujar Assad mengacu waku dimulainya revolusi pada Maret 2011.  "Mereka menginginkan revolusi, tapi kalian telah menjadi revolusioner sejati. Saya mengucapkan selamat kepada Anda atas revolusi dan kemenangan kalian," seru Assad yang ditujukan kepada pendukungnya.

Dalam pidatonya, Assad juga menyerang negara-negara Barat dan Arab. Assad menilai, gejolak Musim Semi (Arab Spring) terhadap pemimpin-pemimpin di kawasan tak membuahkan apa pun kecuali kericuhan. Assad mencontohkan situasi di Irak dan Lebanon serta negara-negara lain yang terdampak gejolak Musim Semi palsu.

"Apa yang kami ingatkan terbukti benar. Suatu saat, kita akan melihat Arab, negara di kawasan dan Barat akan membayar mahal atas dukungan mereka terhadap teroris," ujarnya. 

Assad memenangkan pemilihan pada 3 Juni. Pemilihan hanya digelar di wilyah yang dikuasai pemerintah. Dia mengalahkan dua kandidat yang tak terkenal. Bukan oposisi yang selama ini menentang Assad.

Oposisi memboikot pemilihan tersebut. Oposisi dari Koalisi Nasional menyebut pilpres tersebut hanyalah sebuah lelucon. Hal yang sama juga diungkapkan Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara Anders Fogh Rasmussen.

Keduanya tak mengakui pemilihan itu. Negara-negara Barat lain, seperti Inggris dan Prancis juga tak mengakui pemerintahan Assad. Konflik di Suriah telah berlangsung selama 40 bulan. Diperkirakan, korban tewas antara 100 ribu sampai dengan 160 ribu jiwa.

Pelantikan Assad diyakini tidak akan menghentikan konflik di negara itu. Kelompok oposisi yang terdiri atas beragam faksi akan terus melancarkan serangannya terhadap pemerintah.

Secara terpisah, Libya, negara yang juga dilanda Arab Spring, terus diwarnai kekacauan sejak Muamar Qadafi jatuh pada 2011. Pertempuran di bandara utama Libya semakin memburuk. Bandara utama di Tripoli menjadi perebutan milisi Zintan dan Misrata. rep:ap/reuters/c66 ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement