Kamis 17 Jul 2014 13:00 WIB

Mengantar Sultan Ternate Tarawih ke Masjid Kesultanan

Red:

Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam yang terkenal dalam sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia. Penyebaran agama Islam di pulau penghasil rempah-rempah ini sarat pula dengan tradisi yang hingga kini masih dijalankan oleh masyarakat Ternate.

Saat Ramadhan, salah satu tradisi yang tetap dipertahankan adalah penyambutan malam Lailatul Qadar atau malam turunnya Alquran. Ritual menarik ini diawali dari bekas pusat pemerintahan Kesultanan Ternate, yakni di Kedaton Kesultanan Ternate.

Menurut Waki Wali Kota Ternate Arifin Djafar, prosesi penyambutan malam Lailatul Qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan. Menurutnya, masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu meyakini bahwa pada malam itulah turunnya Lailatul Qadar.

Prosesi penyambutan malam Lailatul Qadar dipusatkan di Kedaton Kesultanan Ternate. Diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat Isya dan Tarawih. Sultan ditandu di atas tandu khusus oleh pasukan adat. Proses ini disebut Tarusung.

Perjalanan Sultan Ternate menuju Masjid Kesultanan berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat. Mereka membawa obor serta tabuhan gending (gong kecil) yang konon merupakan pemberian dari salah seorang Wali Songo, Sunan Gunung Jati.

''Puncak prosesi penyambutan malam Lailatul Qadar dilaksanakan usai shalat Tarawih dengan menggelar berbagai ritual. Seperti, pembacaan doa dan zikir di Kedaton Kesultanan Ternate yang dihadiri seluruh perangkat adat dan masyarakat setempat,'' ujar Arifin.

Pada malam itu, Arifin mengatakan, lingkungan di sekitar Kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah Kota Ternate, dipenuhi dengan lampion dan obor. Juga wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat setempat menyambut turunnya Lailatul Qadar.

Pemkot Ternate sendiri, menurutnya, pada malam 27 Ramadhan tersebut menggelar festival Lailatul Qadar. Di antaranya, diisi dengan lomba keindahan dan kesemarakan lampu lampion antarkelurahan se-Kota Ternate.

Keunikan lain dari prosesi ini adalah prosesi shalat Tarawih di Masjid Kesultanan Ternate yang masih menerapkan aturan sejak zaman dulu. Yakni, Masjid Kesultanan hanya bisa dimasuki oleh kaum pria yang saat shalat harus mengenakan celana panjang dan penutup kepala. Beberapa tahun lalu, kaum perempuan tidak diperbolehkan mengikuti shalat Tarawih di Masjid Kesultanan.

Juru kunci Kedaton Sultan Ternate, H Muhammad Saleh, mengatakan, beberapa tahun lalu, permaisuri meminta dibangunkan masjid di sebelah Masjid Kesultanan yang dikhususkan untuk kaum perempuan shalat. Di masjid permaisuri inilah, kaum perempuan bisa shalat.

''Sejak dibangun sekitar abad 17, Masjid Kesultanan tidak pernah dimasuki satu orang pun perempuan. Memang dari dulu sampai sekarang, perempuan tidak boleh masuk ke dalam masjid Sultan,'' ujarnya saat ditemui di Kedaton Kesultanan Ternate, beberapa waktu lalu. antara ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement