Ahad 06 Jul 2014 13:00 WIB

Din: Qolbun Salim Jernihkan Sanubari Bangsa Jelang Pilpres

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Momen Ramadhan 1435 hijriyah yang bertepatan dengan suasana jelang pemilihan umum presiden (pilpres) Rabu (9/7) dinilai Ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsudin sebagai waktu yang tepat untuk menyampaikan wejangan spiritual bagi warga Muhammadiyah Jawa Timur (Jatim), yaitu membangun masa depan diri dan bangsa berbasis pada qalbun salim.

Pada pembukaan Kajian Ramadhan 1435 H yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di hall Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jatim, Sabtu (5/7), Din mengkaji tentang bagaimana membangun masa depan. Baik masa depan diri maupun bangsa yang berbasis pada qalbun salim atau kejernihan hati sanubari.

Din memaparkan, istilah qolbun dalam akar kata bahasa Arab tidak bisa hanya dipahami sebagai hati dalam arti fisik saja. Untuk itu, Din membagi dua jenis qolbun atau hati, yaitu qolbunjasmaniyyun atau hati dalam arti fisiologis, yaitu jantung, dan qolbunruhaniyyun atau hati dalam arti spiritual, yang dalam Alquran memiliki setidaknya lima arti. Yaitu hati yang bermakna kesadaran, akal pikiran, perasaan, keyakinan, dan keinginan.

“Dengan demikian, hati adalah pusaran dari segala aktivitas manusia. Tidak heran jika ada hadis yang menyebutkan bahwa dalam diri manusia terdapat segumpal darah, yang jika gumpalan darah itu baik maka seluruh jasad manusia ikut baik. Kemudian jika gumpalan darah itu buruk maka seluruh jasad manusia ikut buruk,” ujarnya.

Bahkan, kata Din, dalam kamus bahasa Inggris, hati juga memiliki dua arti, yaitu physical heart yang merujuk makna hati secara fisiologis dan spiritual heart, yakni hati secara spiritual. 

“Pemaknaan hati secara spiritual inilah yang lebih memiliki peran dalam keseharian kita,” kata tokoh Muslim dunia yang juga ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini. Din menambahkan, dalam konsep Islam, qolbun juga dipahami sebagai sesuatu yang terbolak-balik.

Hal itu ia pandang sebagai fitrah lantaran hati manusia yang memang mudah naik turun dan terombang ambing. Itu sama halnya dengan akal pikiran manusia yang juga fluktuatif, karena tergantung pada asupan ruhaninya. Dengan sifatnya yang mudah terbolak-balik itu, Din menekankan pentingnya mengarahkan hati nurani pada kejernihan. 

“Itulah yang saya sebut sebagai qolbun salim, yaitu kejernihan hati yang damai dan menenangkan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement