Jumat 04 Jul 2014 12:00 WIB
muhibah

Ponpes SMP Islam Darul Istiqamah Prestasi dengan Segala Keterbatasan

Red:

Dari segi sarana dan prasarana, SMP Islam berbasis Pondok Pesantren Darul Istiqamah di Kelurahan Bongki, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, ini tak seberuntung sekolah lainnya. Pesantren yang didirikan tahun 1995 itu berangkat dengan niat tulus agar anak-anak di Desa Sinjai, Sulawesi Selatan, menikmati pendidikan. Para santri yang bersekolah pun berasal dari keluarga miskin.

"Siswa kita berasal dari latar belakang ekonomi lemah. Tidak ada siswa yang membayar, kecuali kerelaan orang tua yang sekadar menyumbang," ujar Kepala SMP Islam Darul Istiqamah Jafilu Achmad kepada Republika.

Karena tidak ada siswa yang membayar uang sekolah, guru yang mengajar di pondok pesantren (ponpes) ini pun tidak digaji. Semua tenaga pengajar bersifat sukarela. Hanya mereka yang ingin mengabdi di dunia pendidikan bisa bertahan mengajar di sekolah tersebut.

"Tidak ada guru yang mau datang karena mengajar di sekolah kami tidak ada apa-apanya. Jadi, ini betul-betul pengabdian karena tidak ada guru yang dibayar, termasuk saya sendiri," ujar Jafilu.

Selain itu, para guru yang mengajar di ponpes harus ekstra sabar. Jafilu mengibaratkan pesantrennya seperti bengkel akhlak yang menampung siswa nakal. Sudahlah miskin tak memiliki biaya, ditambah lagi kenakalan siswanya. Ia mengisahkan, tak jarang para guru ingin mengajar siswa ke kelas ternyata membangunkan dulu santrinya tidur di asrama.

Di samping itu, para santri yang belajar di kelas pun tidak mempunyai fasilitas dasar, seperti bangku dan meja. "Jadi, dulu semua siswa kita merayap di lantai. Bisa dibayangkan bagaimana siswa yang belajar tanpa meja dan kursi?" katanya mengenang.

Namun dengan segala keterbatasan, Jafilu bersama rekan guru tak putus asa. Ia membuktikan menyulap segala keterbatasan tersebut menjadi peluang. Kendati telah ada sejak tahun 1995, ponpesnya diakui secara legal oleh pemerintah pada 2003.

Tiga tahun berselang setelah pengakuan tersebut, sekolahnya didatangi tim akreditasi sekolah. Saat itu, hanya predikat C yang didapatkan. Namun, predikat C tidak lantas membuat mereka putus asa.

Dua tahun setelahnya, secara mengejutkan Ponpes SMP Islam Darul Istiqamah mendapatkan akreditasi A dengan nilai 90,37. Para santri menampakkan eksistensinya di dunia pembelajaran. Beberapa prestasi terukir ketika berlaga dengan sekolah lain. Hingga akhirnya, Jafilu bersama rekan-rekannya berhasil mengantarkan siswanya menjadi sekolah juara kedua terbaik se-Sulawesi Selatan tingkat negeri dan swasta.

Banyak sekolah elite dan ternama pun tercengang dengan prestasi yang diukir ponpes tersebut. Saat itu, pejabat dari Dinas Pendidikan datang. Ia menduga ada kecurangan yang dilakukan guru dan siswa sehingga mendapatkan nilai kedua tertinggi se-Sulsel.

"Saya ditanya, mengapa bisa juara dua? Saya jawab, siswa saya cuma 15 orang, jadi gampang sekali dibina. Mereka tinggal di depan rumah yang setiap malam saya bina," ujar Jafilu. Akhirnya, Kepala Dinas Sulsel ketika itu menerimanya secara logika. "Masuk akal kalau nilainya segitu," kata Jafilu menirukan tanggapan kepala dinas.

Saat ini, berkat prestasi dan perjuangan para gurunya tersebut, Ponpes Darul Iftitah mendapatkan bantuan dari donatur. Siswa yang dulu tidak mempunyai fasilitas belajar mengajar, kini layaknya siswa lain. Ponpes Darul Iftitah kini mempunyai lahan yang luas. ""Tanah kita ada dua hektare. Kalau di Jakarta mungkin kaya tapi di sini tidak ada apa-apanya," ujar Jafilu.

Guru-guru yang mengajar pun banyak yang melirik ponpes ini. Selain karena alasan sertifikasi untuk menambah jam mengajar, kualitas siswa terlihat. Tiga tahun terakhir, angka kelulusan siswa SMP Islam Darul Istiqamah mencapai 100 persen.

Beberapa prestasi, seperti juara pertama Olimpiade Sains Nasional (OSN) IPA tingkat kabupaten, pun disabet. Begitu juga juara pertama pencak silat kabupaten.rep:hannan putra ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement