Selasa 01 Jul 2014 12:00 WIB

Membaca di Balik Jeruji

Red:

Ada sebuah ruangan di bagian depan kompleks Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas Satu Kebonwaru, Kota Bandung. Ukurannya sekira empat kali empat meter persegi. Di Rutan Kebonwaru, ruang tersebut termasuk salah satu yang paling kerap disambangi para pesakitan.

Ruangan yang kini berfungsi sebagai perpustakaan tersebut berdiri sejak 1992. Saat ini, perpustakaan tersebut mengoleksi sebanyak 1.738 buku. Sebagian besar buku tersebut, di antaranya, novel sebanyak 688 eksemplar, buku cerita 627, dan buku nonfiksi sebanyak 423.

Ramainya pengunjung perpustakaan tersebut menunjukkan, meski berada di balik jeruji besi dan dinginnya ruang tahanan minat baca para terpidana dan terdakwa dalam rutan kerap tak terbendung.

Kepala Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan Noverli Hendra mengatakan, setiap hari ada saja beberapa napi yang mengunjungi perpustakaan tersebut untuk membaca atau memimjam buku. Karena waktu membaca di ruangan perpustakaan terbatas, sebagian besar napi memilih memimjam buku dan dibaca di dalam sel tahanan. ''Waktu pinjamnya dibatasi. Untuk satu buku, selama seminggu,'' kata dia.

Sedangkan, menurut staf Seksi Bantuan Hukum dan Penyuluhan Enih Yunali, buku-buku yang paling banyak diminati napi tentang agama Islam dan novel. Ia mengatakan, para napi beralasan, membaca buku agama Islam akan lebih banyak manfaatnya dibanding buku bacaan lainnya.

"Rata-rata, mereka memimjam buku agama Islam. Dalam menghadapi ujian hidup ini mereka butuh ketenagan jiwa. Karena itu, pilihan membaca buku agama sangat tepat,'' imbuh Enih yang juga bertugas mengelola perpustakaan tersebut.

Perpustakaan itu, kata Enih, buka setiap hari kerja mulai pukul 09.00 hingga 13.00 WIB. Buku-buku yang ada di perpustaan tersebut, selain pengadaan sendiri, juga bantuan dari sejumlah perpustakaan milik pemerintah daerah. Soal jumlah bantuan buku dari pihak luar, kata dia, tidak pasti. "Kadang, tahun ini ada yang menyumbang, kadang tidak ada sama sekali. Tapi, pengadaan dari internal kita setiap tahun selalu ada,'' ujar dia.

Nandang Nurdin, seorang narapidana yang tengah menjalami hukuman karena kasus pidana umum, mengaku, hampir setiap hari mengunjungi perpustakaan tersebut. Setiap kali datang ke perpustakaan, ia selalu meminjam minimal dua buah buku. Menurut dia, membaca buku di dalam sel tahanan akan lebih bermanfaat dibanding melamun. "Ada nilai manfaatnya. Kita menambah ilmu dengan membaca. Daripada melamun di dalam sel,''ujar dia.

Nurdin mengaku, telah membaca lebih dari 50 judul buku di perpustakaan tersebut. Buku-buku yang paling diminati, kata dia, yaitu tentang ajaran agama Islam.

Ia beralasan, mendapat banyak ilmu agama dengan membaca di perpustakaan tersebut. Tapi, ia mengaku, koleksi buku agama diperpustakaan tersebut masih sangat terbatas.

Perpustakaan tersebut juga memiliki fungsi lain. Selain sebagai ruang baca, perpustakaan juga dijadikan kelas untuk kegiatan belajar bahasa Inggris. Kegiatan belajar bahasa Inggris ini sudah berjalan hampir empat bulan.

Awalnya, kata Enih, ada seorang napi kasus penipuan dan penggelapan yang menjadi penghuni rutan ini. Setelah divonis satu tahun penjara, napi yang bergelar profesor itu mengabdikan diri menjadi pengajar bahasa Inggris bagi napi lainnya.rep:djoko suceno ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement