Ahad 29 Jun 2014 11:11 WIB

Sepak Bola Asia Harus Berbenah

Pemain Timnas Jepang berjalan meninggalkan lapanga usai gagal mengalahkan Yunani di laga Grup C Piala Dunia 2014 di Arena Dunas, Natal, Kamis (19/6).
Foto: Reuters/Toru Hanai
Pemain Timnas Jepang berjalan meninggalkan lapanga usai gagal mengalahkan Yunani di laga Grup C Piala Dunia 2014 di Arena Dunas, Natal, Kamis (19/6).

Oleh Satria Kartika Yudha

Asia tidak bisa mengirim wakilnya ke babak 16 besar Piala Dunia 2014. Semakin ironis karena Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Australia sama-sama angkat koper dengan menjadi juru kunci di masing-masing grup.

Keempat wakil Asia tersebut  tidak bisa meraih kemenangan dalam tiga pertandingan grup. Ini merupakan penampilan terburuk tim Asia di Piala Dunia setelah 24 tahun. 

Piala Dunia 1990 di Italia menjadi edisi terakhir dimana tim Asia gagal meraih kemenangan. Korsel dan Uni Emirat Arab yang kala itu menjadi wakil di putaran final, hancur lebur. Keduanya menjadi juru kunci dengan menelan tiga kekalahan.

Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Sheikh Salman bin Ebrahim al Khalifa, meminta seluruh elemen sepak bola Asia berbenah dan melakukan evaluasi atas prestasi buruk ini.

"Kita harus tahu apa penyebab dari semua ini dan memperbaikinya," kata Salman dilansir laman AFP.

Akan tetapi, Salman meminta sepak bola Asia tidak berkecil hati. Semuanya harus yakin bahwa suatu saat Asia bisa menjadi raja di dunia. Apalagi, ujar dia, Asia pernah mengejutkan dunia ketika Korsel berhasil menembus semifinal Piala Dunia 2002 yang digelar di Korsel dan Jepang.

Salman mengatakan bahwa AFC akan berusaha lebih keras untuk mengeluarkan segala potensi dan kualitas sepak bola Asia.

"Infrastruktur, kompetisi, sisi komersial, dan pembinaan usia muda harus makin gencar kita tingkatkan kualitasnya," dia berjanji.

Pelatih Jepang asal Italia, Alberto Zaccheroni, mengatakan faktor fisik menjadi pekerjaan rumah terbesar sepak bola Asia. Bukan soal postur yang kalah besar dengan pemain Eropa, tetapi lebih kepada daya tahan, kekuatan, dan keseimbangan para pemain.

Itulah yang membedakan Lionel Messi dengan pemain lainnya. Meskipun ia memiliki postur pendek, tapi dengan segala kelengkapan faktor fisik yang dimilikinya, Messi bisa menjadi pemain terbaik dunia.

Kekurangan tersebut yang menjadi salah satu catatan Zaccheroni atas kegagalan Jepang. Jepang yang memiliki banyak pemain dengan skill mumpuni, tidak bisa bersaing dengan Kolombia, Yunani, dan Pantai Gading di fase Grup C.

Adanya kekurangan dari faktor fisik, membuat para pemain Jepang kerap kalah ketika menghadapi situasi man to man. "Dari segi teknik, Jepang bisa bersaing. Tapi kami lemah dalam faktor fisik," kata Zachheroni yang langsung mengundurkan diri setelah kegagalan Jepang.

Juru taktik Korsel, Hong Myung-Bo, berpendapat serupa. Meningkatkan fisik pemain bukan perkara mudah. Pemain harus diberikan porsi lebih dalam latihan fisik serta mendapat asupan gizi yang lebih baik.

"Di Piala Dunia ini, kita tim Asia tidak mendapat hasil baik. Saya pikir memang banyak kekurangan yang harus dibenahi," ujarnya.

Berbeda dengan Zaccheroni dan Hong Myung-bo, pelatih Iran Carlos Queiroz menganggap kesalahan sepak bola Asia karena terlalu mengadopsi kultur sepak bola Eropa dalam segala hal.

"Anda tidak bisa menjiplak Eropa. Karena ketika Anda berpikir sudah hampir sama, mereka (Eropa) pasti sudah semakin berkembang," dia mengungkapkan.

Dalam hal statistik, Australia memang menjadi tim Asia yang paling buruk di Piala Dunia kali ini.  Australia menjadi satu-satunya tim yang tidak meraih poin akibat menelan tiga kekalahan. Meski begitu, bukan berarti permainan Australia sebagai yang paling buruk.

Mereka tidak bisa berbuat banyak karena memang tergabung di grup maut yang bercokol Belanda, Cile, dan Spanyol. Australia bahkan sempat tampil menawan saat memberikan perlawanan sengit kepada Belanda di laga kedua. Australia hanya kalah tipis 2-3.

Media-media Eropa justru menyebut Jepang-lah yang paling mengecewakan. Bermaterikan pemain yang banyak berkompetisi di Eropa, tim Samurai Biru babak belur. Padahal, Jepang bersaing di grup yang kekuatannya merata karena dihuni Kolombia, Yunani, dan Pantai Gading.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement