Jumat 27 Jun 2014 13:11 WIB

Tanggapan Lembaga Survei SMRC Soal Kerja Sama dengan Jokowi-JK

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Nidia Zuraya
Jokowi JK
Jokowi JK

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) membantah pemberitaan media Australia The Sydney Morning Herald (SMH) yang menyebut SMRC memiliki kerja sama finansial dengan kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). SMRC menilai pemberitaan SMH tidak berdasar karena tidak disertai sumber informasi yang jelas. "SMRC tidak punya kontrak dengan kubu Jokowi-JK," kata CEO SMRC, Grace Natalie kepada ROL, Jum'at (27/6).

Grace juga memastikan SMRC tidak memiliki kerja sama dengan kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Grace menyatakan tidak ada motivasi tertentu dibalik survei-survei elektabilitas yang dirilis SMRC. Menurutnya SMRC hanya ingin keterpilihan kandidat di masyarakat. "Judulnya survei elektabilitas berarti ingin mengecek tingkat kedipilihan kandidat," ujarnya.

Meski menjalankan survei dengan kaidah keilmuan, Grace mengakui lembaga survei acap mendapat tuduhan hendak mempengaruhi pemilih. Padahal menurutnya belum ada bukti yang menunjukan pemilih terpengaruh hasil survei. "Sejauh ini, studi-studi yang ada belum bisa membuktikan bahwa pemilih itu memilih calon A atau B karena terpengaruh survei," ujarnya.

SMRC terakhir melakukan survei capres pada awal Mei 2014. Sebelum Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta mendaftarkan diri sebagai capres cawapres di KPU. Sampai saat ini belum ada survei yang dilakukan SMRC. "Jadi bukan karena ditahan," kata Grace.

Grace mengatakan SMRC akan kembali melakukan survei sepekan sebelum hari pencoblosan 9 Juli 2014. "Dalam waktu dekat (survei) untuk melihat efek kampanye," ujarnya.

Sebelumnya koreponden SMH di Indonesia, Michael Bachelard mengulas pertarungan dua capres Prabowo dan Jokowi dalam artikel berjudul Silence of the polls as Prabowo pulls ahead in Jakarta race yang diterbitkan dalam salah satu halaman SMH edisi Rabu (25/6).

Dalam tulisannya Bachelard menyebut sejumlah sumber yang dikontak Fairfax Media mengonfirmasi bahwa tiga lembaga survei kredibel di Indonesia, yakni CSIS, SMRC, dan Indikator Politik Indonesia, menunjukkan bahwa kini selisih persentase kedua capres terpaut sedikit sekali, bahkan sebuah survei menunjukkan Prabowo memimpin.

Sumber SMH Mengatakan, tiga lembaga survei tersebut tidak merilis hasil survei terkini, karena ketiganya memiliki keterkaitan finansial dan filosofis dengan Jokowi. Seperti Rizal Sukma dari CSIS, yang pada Ahad (22/6) lalu memberikan masukan pada Jokowi sebelum debat capres bertema 'Politik Internasional dan Ketahanan Nasional'.

"Mereka takut dengan mempublikasikan informasi itu akan membuat dukungan banyak ke Prabowo, di negara di mana menurut para analis masyarakat memiliki mental mendukung pemenang' ini," tulis SMH.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement