Kamis 26 Jun 2014 13:00 WIB
kabar dari brasil

kabar dari Brasil- Pandangi Rio de Janeiro dari Ketinggian Corcovado

Red:

Ketika sebagian besar warga Kota Rio de Janeiro sibuk menyiapkan diri untuk menyaksikan pertandingan tim nasional Brasil melawan Kamerun di Grup H Piala Dunia 2014 di Estadio Nacional Brasilia, Senin (23/6), ribuan suporter dari negara di luar Brasil justru memilih menyerbu lokasi wisata di Rio de Janeiro. Selain pantai Copacabana, tujuan utama pelesir para suporter dari berbagai negara itu adalah patung Cristo Redentor di puncak Gunung Corcovado.

Tak sulit untuk mencapai lokasi Cristo Redentor meski patung itu berada pada ketinggian 710 meter. Agaknya, Pemerintah Brasil telah mempersiapkan diri sejak lama agar dua lokasi favorit, Copacabana dan Cristo Redentor, mudah dijangkau turis. Di Rio de Janeiro, hampir semua bus melalui rute ke Copacabana. Tapi, untuk menuju Cristo Redentor agak berbeda. Dibutuhkan sedikit perjuangan dan uang lebih untuk mencapai puncak gunung itu.

Jika datang terlambat, jangan harap bisa menggunakan vertical cog train dari Stasiun Largo do Machado dengan tarif 50 reais atau sekitar Rp 275 ribu. Sekitar pukul 14.00 saja, loket vertical cog train sudah ditutup karena dipenuhi pengunjung. Tapi, bagi turis yang gagal naik train masih mungkin mendaki puncak Gunung Corcovado. Ada alternatif transportasi di luar stasiun, yakni menggunakan extra van dengan tarif 51 reais atau sekitar Rp 280 ribu.

Perjalanan dari Largo do Machado ke puncak Gunung Corcovado membutuhkan waktu tak terlalu lama, sekitar 30 menit. Saat melakukan pendakian, para pengunjung sudah mendapat sajian pemandangan indah Kota Rio de Janeiro. Tapi, jangan kaget setibanya di puncak. Para turis harus mengantre panjang mendaki ratusan anak tangga sepanjang sekitar 100 meter untuk mencapai patung Cristo Redentor. Untunglah sesampainya di puncak, kelelahan saat mendaki segera terbayar dengan mata yang dimanjakan pemandangan menakjubkan.

Rio de Janeiro dari atas Gunung Corcovado terlihat amat menawan. Sebuah kota dengan lanskap yang sangat lengkap. Ada pantai Ipanema dan Copacabana dengan pasir putihnya, bukit-bukit hijau di sepanjang kawasan hutan Tijuca, pegunungan cokelat hijau Sugarloaf, gedung-gedung pencakar langit, rumah-rumah yang menempel bukit, jembatan yang membelah Teluk Guanabara Rio-Niteroi, danau biru Lagoa Rodrigo de Freites, dan tentu saja stadion legendaris; Maracana.

Tepat di bawah patung Cristo Redentor yang merentangkan tangannya, ratusan turis sibuk berpose mengabadikan diri. Ada pula yang sekadar melihat hamparan Kota Rio de Janeiro dari samping patung Cristo Redentor yang mulai dibangun pada 1922. Di sisi tangga juga tersedia beberapa kafe dan toko-toko suvenir khas tentang Cristo Redentor yang berdiri sejak masa kejayaan gerakan Art Deco.

Ribuan turis yang sebagian besar mengenakan jersey tim nasionalnya plus bendera negaranya terlihat menikmati sajian pemandangan di sekitar patung Cristo Redentor setinggi 38 meter itu. Ada suporter dari Prancis, Rusia, Belgia, Cile, Meksiko, Kolombia, Argentina, Uruguay, Jepang, dan yang lainnya. Nyaris sulit menemukan pengunjung dari tuan rumah Brasil. Mungkin saat itu warga Brasil lebih memilih menyaksikan pertandingan tim nasionalnya kontra Kamerun. Lantas, adakah pengunjung dari Indonesia pada hari itu?

"Hai, Anda dari Indonesia ya?" Tiba-tiba seorang wanita usia 25 tahunan menyapa. Namanya Ari, wanita kelahiran Aceh yang mengunjungi Brasil bersama suaminya, pria asal Prancis bernama Chris.

Namun, Ari mengunjungi Brasil tentu bukan untuk mendukung tim nasional Indonesia yang sejak 1938 tak pernah lagi tampil di Piala Dunia. Wanita alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini mengikuti suaminya yang merupakan penggemar sejati skuat Prancis, Les Bleus.

Ari dan Chris yang menetap di Singapura sudah dua pekan ini berada di Brasil. Mereka terbang ke Salvador, Porto Alegre, dan Rio de Janeiro hanya untuk mengikuti ke manapun tim nasional Prancis bertanding. "Senang sekali rasanya, dua minggu di sini baru sekarang bertemu orang Indonesia," katanya.

Tak ada waktu terlalu lama untuk saling bertutur kata dengan Ari dan Chris. Karena, pengunjung yang hendak naik menuju patung Cristo Redentor semakin membeludak.

Saat turun pun, semua pengunjung harus rela mengantre. Pun, saat hendak pulang dengan mengendarai train maupun menumpang extra van, semuanya harus mengantre. Berbaris hingga ratusan meter. Tapi, wajah-wajah puas dan gembira tersirat jelas. Mungkin, Rio de Janeiro akan selalu dikenang sebagai salah satu kota terindah yang pernah mereka singgahi. red: endro yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement