Rabu 18 Jun 2014 14:16 WIB

Hadapi Yunani, Laga Wajib Menang Buat Jepang

Rep: reja irfa widodo/ Red: M Akbar
Timnas Jepang
Foto: Reuters/Scott Audette
Timnas Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, NATAL -- Jepang dibebani tugas wajib menang menghadapi laga kedua penyisihan grup C melawan Yunani pada Jumat (20/6) mendatang. Jika tak mampu mendulang poin penuh dari Yunani, besar peluang skuat Samurai Biru ini harus mengepak koper lebih awal dari Brasil.

Pelatih Jepang, Alberto Zaccheroni, menilai, anak-anak asuhnya kerap kehilangan kepercayaan diri dan determinasi. Keisuke Honda dan kawan-kawan diharapkan bisa tampil lebih agresif dan tidak mudah kehilangan penguasaan bola.

Selain itu, dari segi pertahanan, Jepang juga tampil tidak efektif dan sering memberikan ruang kepada pemain lawan. Hal ini terlihat jelas di dua gol, yang diciptakan dalam dua menit, oleh para pemain Pantai Gading di laga pertama.

''Kecepatan dan penguasaan bola yang menjadi kekuatan terbesar kami justru tidak tampak di laga pertama. Kami harus bisa menyelesaikan masalah ini dan kembali bisa tampil maksimal,'' kata Zaccheroni seperti dikutip Eurosport.

Kondisi ini juga disadari oleh Keisuke Honda. Gelandang AC Milan itu menyebut, kekalahan atas Pantai Gading datang bukan karena keunggulan taktik dari Yaya Toure dan kawan-kawan.  Tapi dari kegagalan Jepang untuk mempertahankan intensitas permainan. Jika Jepang mampu mengatasi kendala-kendala ini maka bukan tidak mungkin peluang melaju ke putaran kedua Piala Dunia untuk ketiga kalinya bisa tetap terjaga.

Berada di posisi ketiga, Jepang hanya unggul selisih gol dari Yunani di papan klasemen sementara grup C. Tim Samurai Biru tentunya tidak mau lagi membuang-buang kesempatan dan menjanjikan bakal langsung mengambil inisiatif serangan saat menghadapi Yunani, tim yang dikenal sebagai tim yang bermain bertahan.

''Kami memiliki kesempatan untuk bisa mengambil inisiatif serangan. Mereka adalah tim yang bermain bertahan dan begitu kami berhasil mencetak gol pertama, mereka akan bermain lebih terbuka,'' kata bek Jepang, Maya Yoshida, seperti dikutip AFP, Rabu (18/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement