Jumat 13 Jun 2014 04:45 WIB

Eto'o Dalang Aksi Mogok Kamerun?

Samuel Eto'o
Foto: AP/Alastair Grant
Samuel Eto'o

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Rasa sayang Kamerun terhadap para pesepakbola terbaiknya berubah menjadi buruk, di mana penyerang Samuel Eto'o dituding oleh media lokal sebagai "pengkhianat" setelah memimpin serangkaian aksi pemogokan oleh tim Piala Dunia mereka pada akhir pekan.

Amukan serta sikap temperamental Eto'o telah lama mendapat toleransi karena kesuksesannya di lapangan, namun kelihatannya negaranya telah terlalu lama bersabar pada malam menjelang pertandingan pembuka melawan Meksiko di Piala Dunia.

Salah satu editorial surat kabar menuding bahwa peraih empat penghargaan Pemain Terbaik Afrika dan rekan-rekan setimnya sebagai "pengkhianat tingkat tinggi" akibat masalah penundaan keberangkatan mereka ke turnamen itu berlanjut pada pekan ini.

Pemogokan yang dilakukan oleh tim Piala Dunia terkait masalah uang membuat pesawat terbang mereka yang disewa dengan harga mahal baru dapat terbang ke Brazil 24 jam berikutnya, ketika para pemain berupaya menagih lebih banyak uang tampil dari federasi mereka.

Namun yang benar-benar mengusik para penggemar dan media adalah penolakan mereka untuk menerima bendera simbolis dari Perdana Menteri Philemon Yang pada akhir pertandingan pemanasan terakhir mereka melawan Modova di Yeounde Sabtu silam.

Pelatih timnas Kamerun asal Jerman Volker Finke menerima bendera itu untuk mewakili para pemain.

"Kami sekarang harus bertanya; negara mana yang diwakili Eto'o dan rekan-rekannya jika mereka pergi ke Brazil dengan menolak menerima simbol paling berharga di negara ini, yaitu bendera?" tanya harian Mutations.

"Bendera merupakan simbol negara. Kami dapat menyalahkan faktor (masalah-masalah kami), namun menghina lagu kebangsaan atau menginjak-injak bendera merupakan penistaan."

"Itu adalah dosa terhebat 'Singa-singa tak tertaklukkan', ketika mereka bergerak sebagai satu kesatuan menuju ruang loker dan menolak menerima bendera dari perdana menteri."

"Seorang pemain yang pergi ke Piala Dunia merupakan prajurit di lini depan. Jika ia tidak ingin pergi maka itu merupakan pengkhianatan tingkat tinggi yang layak mendapat hukuman."

Hal senada disuarakan Joseph Owona, pelaksana tugas presiden Federasi Sepak Bola Kamerun. "Apa yang mereka lakukan pada Sabtu, merupakan hal yang memalukan bagi negara, penghinaan terhadap pemerintah dan orang-orang yang menyaksikan mereka dan mengucapkan selamat jalan.

 Jika mereka tidak menghormati emblem negara ini, dapatkah kami mendukung mereka?" ucapnya kepada para pewarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement