Rabu 21 May 2014 16:00 WIB

Blink-Blink Industri Mode

Red:

oleh:Rizky Jaramaya -- Singkirkan ego diri demi membangun karier yang mumpuni.

Donatella Versace, Ralph Lauren, John Galiano, Marc Jacob, sampai Victoria Beckham yang baru saja heboh menyambangi Jakarta. Tahu siapa mereka? Buat yang menjawab mereka adalah nama kondang para desainer dunia, dua acungan jempol untuk kamu.

Bisa dibilang mereka merupakan contoh desainer dunia yang telah berhasil mengubah dunia dengan tren yang mereka ciptakan. Bahkan, gerai butik para desainer asing tersebut kini sudah banyak dijumpai di seluruh negara, termasuk Indonesia.

Di balik nama besar itu, industri mode menjanjikan bisnis yang menggiurkan. Maklum saja, siklus mode memang tidak pernah berhenti. Selalu saja berlaku hukum ekonomi di sana, ada permintaan dan pasar yang selalu menuntut untuk dipenuhi hasratnya.

Tidak aneh jika industri mode menjanjikan popularitas, kemegahan, serta untung besar di balik tuntutan kerja keras demi mewujudkan semua itu. Seperti yang telah dilakoni dan saat ini dinikmati oleh para desainer kondang itu.

Di Indonesia, industri mode pun cukup kinclong dilirik. Perkembangan fashion di Indonesia terbilang pesat, setidaknya ini terlihat dari makin banyaknya ajang workshop dan pameran fashion yang digelar.Tak hanya itu, sejumlah desainer muda mulai banyak bermunculan memamerkan karya-karya mereka kepada pencinta fashion di Tanah Air.

Desainer Indonesia juga tak kalah bersaing dengan para desainer dari negara asing. Misalnya saja, belum lama ini beberapa fashion desainer Tanah Air telah unjuk gigi di ajang Paris Fashion Week. Mereka adalah Tex Saverio, Toton Vinora, dan Yosafat Dwi Kurniawan.

Kesuksesan desainer muda Indonesia di kancah internasional telah menjadi motivasi tersendiri bagi para desainer pemula untuk mewujudkan mimpi yang sama. Namun, keberhasilan yang telah diraih tentu saja harus melewati proses yang tidak mudah, apalagi pada era globalisasi seperti ini produk asing mudah masuk ke dalam negeri sehingga produk lokal harus bersaing ketat.

Salah satu desainer muda Indonesia, Roy Mulyanto, mengakui bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang desainer yang andal dan karya-karyanya dikenal semua kalangan masyarakat. “Selama ini, masyarakat melihat bahwa seorang desainer itu hidupnya enak dan glamor, padahal tidak semudah itu karena kita harus melewati proses yang panjang dan berjuang keras,” ujar Roy.

Roy tak menampik bahwa banyak desainer pemula hanya melihat para seniornya yang sudah terkenal dan baju-baju mereka yang berharga selangit. Padahal, agar bisa bertahan di industri fashion tidak mudah. Jangan juga hanya dilihat dari kemewahannya, namun juga proses yang telah dilalui untuk pencapaian tersebut. Menurut Roy, proses merupakan pembelajaran diri untuk membentuk seorang desainer menjadi lebih matang sekaligus memberikan pemahaman mengenai seluk beluk dunia mode.

Merangkak dari bawah, hampir semua desainer pasti melewati masa tidak menyenangkan dan berusaha merangkak dari bawah. Apabila ada desainer yang langsung berada di puncak kejayaan dan meraih kesuksesan tanpa melalui proses, lulusan Esmod Jakarta tahun 2003 itu berani menjamin bahwa desainer yang bersangkutan tidak akan bertahan lama di dunia fashion.

Hal apa pun, lanjut dia, jika prosesnya instan, pasti tidak akan menuai hasil yang maksimal dan eksistensinya cenderung cepat menurun. “Di dunia fashion, orang yang memiliki percaya diri tinggi dan kuat terhadap gempuran apa pun adalah yang paling menang dan biasanya bertahan,” ujar Roy.

Menjadi seorang desainer tentu saja harus memiliki daya kreativitas yang tinggi dan selalu menciptakan sesuatu yang baru. Menurut Roy, biasanya desainer muda atau pemula masih memiliki ego yang tinggi sehingga sulit disesuaikan dengan permintaan dari klien. Hal ini dapat menjadi bumerang bagi para desainer muda itu karena idealisme yang mereka miliki belum tentu sesuai dengan kondisi pasar dan permintaan dari pelanggan.

Roy tidak menampik bahwa pekerjaan di bidang apa pun pasti ingin memiliki pendapatan yang besar dan mesti menjalin relasi yang luas. Karena itu, seorang desainer muda harus mengesampingkan ego mereka demi membangun karier yang mumpuni dan dikenal di industri tersebut. Meskipun mereka harus melepaskan ego dan idealisme, bukan berarti mematikan kreativitas untuk menciptakan sebuah karya bagi masyarakat pencinta fashion.

Desainer memang harus mengetahui pasar dan tren yang sedang digandrungi, tapi bukan berarti menjiplaknya secara utuh. Setiap desainer memiliki ciri khas dan karakter masing-masing, dengan kelebihan yang dimiliki mereka dapat membuat karya dengan sentuhan berbeda dari tren tersebut. Jika tidak pernah memunculkan ide-ide baru, desainer yang bersangkutan tidak akan berkembang.

Sebenarnya, sebagai seorang desainer, seharusnya bisa membuat tren sendiri melalui karya yang diciptakan. Tren secara global memang ada dan setiap desainer harus mempelajarinya, namun untuk selanjutnya, mereka bisa memadupadankan sesuai ciri khas tersendiri.

Menurut Roy, patokan perkembangan fashion tak hanya berpusat dari Paris dan Milan, tapi juga bisa dari mana saja asalkan sang desainer mampu mengembangkan kreativitasnya. “Jadi, desainer itu bukan perkara mudah, kita harus terus belajar dari mana saja,” ujar desainer yang tak lama lagi akan meluncurkan koleksi terbarunya yang bertema Bali itu.

N ed: endah hapsari

***

Dipandang Sebelah Mata

Menjadi seorang fashion desainer dituntut untuk mampu multitalenta, apalagi pemula biasanya masih mengurusi segala hal secara mandiri. Banyak suka duka yang telah dilalui oleh desainer muda yang baru saja menapaki karier di industri ini.

Hal tersebut dirasakan oleh Selphie Usagi, seorang desainer muda yang sedang membangun karier di industri fashion sejak 2013. Selphie merasakan betul perjuangan berat sebagai desainer pemula sampai akhirnya dia berani meluncurkan merek sendiri.

Wanita kelahiran Jakarta tersebut mengakui di awal perjalanannya membangun karier, dia tidak langsung mendapatkan keuntungan besar.

Justru dia banyak mengeluarkan uang dan cenderung merugi. Namun, dia tak pernah kenal lelah untuk belajar dan terus memperbaiki karyanya serta mengikuti sejumlah workshop tentang fashion. Meskipun sudah hampir setahun membangun karier, hingga saat ini Selphie masih menangani bisnisnya secara mandiri. “Paling sulit, yaitu mengatur penjahit, kadang ada beberapa penjahit yang sok tahu, dan mengubah desain kita dengan seenaknya. Kalau dikasih tahu, kadang suka ngeyel, banyak yang kayak gitu,” ujar Selphie.

Desainer berusia 23 tahun itu mengakui bahwa di Indonesia sudah banyak bermunculan desainer muda sehingga persaingan juga semakin ketat. Namun, menurut dia, tidak semua desainer muda tersebut fokus untuk memajukan industri fashion di Tanah Air. Saat ini, seseorang dapat dengan mudah melabelkan diri sebagai desainer dan tidak belajar dengan serius. Hal ini yang menyebabkan banyak desainer muda yang cepat turun pamor dan tidak bertahan lama.

Bagi Selphie, mempertahankan eksistensi di industri fashion bukan perkara mudah. Para desainer muda harus tahan banting dan memiliki rasa percaya diri karena biasanya seorang desainer baru akan mendapatkan tekanan serta dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, jam terbang mereka harus terus ditambah agar bisa mendapatkan pengalaman sekaligus pembelajaran.

Ketika awal terjun di industri ini, Selphie pernah merasakan dipandang sebelah mata oleh seseorang yang menjadi panutan baginya. Orang tersebut mengatakan bahwa Selphie tidak memiliki bakat sebagai desainer dan tidak akan maju di bidang ini.

Ketika itu, Selphie mengaku sangat sedih dan sakit hati, namun cibiran tersebut justru menjadi penyemangat bagi dia untuk menunjukkan bahwa dia bisa memiliki karier yang bagus di industri fashion Tanah Air. “Kita harus learning by doing, lebih baik kita anggap saja cibiran itu sebagai hal yang positif. Intinya, kita harus bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian,” kata Selphie.

Untuk Selphie, pekerjaan di bidang apa pun pasti ada kompetisi dan sebaiknya persaingan tersebut memang dilakukan secara sehat agar dapat mengasah kreativitas serta ide-ide baru. Selphie berpesan kepada seluruh desainer muda agar tidak takut dan malu untuk mengeluarkan jati diri.

Memang, awalnya akan banyak pihak yang memandang sebelah mata, namun jangan pernah menyerah dan terus bermain ide serta imajinasi ke dalam desain yang dibuat. Selain itu, jangan pernah malu untuk bertanya kepada senior dan mengikuti berbagai workshop untuk menambah pengalaman sekaligus relasi.

***

Belajar dari Victoria Beckham

Meski namanya tenar lantaran menjadi personel kelompok Spice Girls, Victoria Beckham kini berhasil memancangkan bendera sebagai desainer kondang dunia. Tentu saja, semua itu tidak terjadi begitu saja. Ada kerja keras dan perjuangan tanpa henti untuk meraih itu semua. Apa yang bisa kita pelajari dari kesuksesan istri David Beckham ini? Berikut tiga tips sukses Victoria Beckham seperti dilansir situs graziadaily.co.uk:

1. Cinta fashion

Victoria selalu punya selera fashion yang tinggi. Kehadirannya senantiasa dinanti lantaran dia kerap menghadirkan tren tersendiri. Ternyata, kegemaran terhadap dunia mode sejak lama ikut membantu membuatnya bergairah untuk terus menekuni dunia yang memang telah dicintainya sejak lama.

2. Ajak teman memakai baju rancangan

Ketika mengadakan pergelaran busana, Victoria tak segan mengajak sejumlah selebritas dan sosialita dunia untuk menghadirkan ajang pameran koleksinya itu. Rupanya, cara ini cukup ampuh untuk membuat koleksinya makin dikenal. Bahkan, para pesohor ini pun menjadi penggemar koleksinya. Sebut saja, seperti Cameron Diaz dan Gwyneth Paltrow, yang menjadi penggemar setianya. Eva Longoria dan Demi Moore juga ketahuan sering mengenakan aneka koleksi perempuan yang biasa disapa Vic itu.

3. Selalu pakai busana koleksi sendiri

Agaknya Victoria termasuk orang yang menerapkan prinsip selalu memakai koleksi sendiri alias “wear as I design, design as I wear”. Ini adalah taktik cerdas yang tidak dapat diikuti oleh para desainer pria yang merancang busana perempuan. Bahkan, desainer perempuan yang lain pun belum tentu mau dan mampu menerapkan prinsip seperti itu.

sumber : http://pusatdata.republika.co.id/detail.asp?id=737451
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement