REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Partai Persatuan Pembangunan dalam menetapkan bangunan koalisi politik ke Prabowo Subianto guna menghadapi ajang Pilpres 2014 patut diapresiasi sebagai perwujudan aspirasi strategis antara parpol Islam dengan kekuatan nasionalis.
"Dari sisi kepentingan bangsa tentu ini langkah yang simpatik dan tepat, karena PPP telah meletakkan semangatnya untuk berjuang bagi mandat kepemimpinan bangsa dengan lingkungan nasionalis, bukan lagi menggunakan isu poros Islam," kata Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan, Selasa (13/5) di Jakarta.
Menurutnya, meski partai berbasis nasionalis menjadi agenda perjuangan partai lain seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau Partai Golkar, tetapi pilihan PPP bersama Gerindra itu dapat dinilai dalam rangka menciptakan hubungan politik yang diikat dengan komitmen nasionalisme, terutama terkait upaya pencapresan kali ini.
"PPP memberi warna politik dalam kehendak membangun bangsa atas dasar keislaman yang terbuka, serta dipadu dalam corak nasional kebangsaan sehingga masuk ke perjuangan lebih luas dengan mendukung Prabowo," jelas anggota dewan pengarah Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Pusat ini.
Karena itu, tambah Syahganda, langkah partai berlambang ka'bah itu tak lagi berada dalam bayang-bayang sempit demi suatu kelompok keumatan, namun justru sebaliknya, mengukuhkan sikap pada orientasi nasional kerakyatan dengan pijakan makna nasionalisme.
"Pengertian nasionalisme ini meliputi keberpihakan PPP untuk kemajuan bangsa dan rakyat, sebagaimana menjadi cita-cita dan program perjuangan capres Prabowo," ujar Syahganda, yang juga kandidat doktor ilmu kesejahteraan sosial Universitas Indonesia itu.